Mohon tunggu...
Hendro SW
Hendro SW Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang tunanetra yang suka dunia tulis-menulis

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah yang Terukir

3 Agustus 2020   14:42 Diperbarui: 3 Agustus 2020   14:53 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak perlu kau pinta mutiara. Jika kilaunya tak sebening embun. Tak perlu kau ceritakan rasa. Jika kau masih tak rela memberi ampun.

Kupu-kupu yang terbang. Mengejar di belakangnya belalang. Sedikit saja amarahmu terbuang. Pasti rasa dalam sekejap hilang.

Mungkin kini harus sabar ku tunggu. Sampai emosimu jadi debu. Apakah tanda sudah berlalu. Atau justru makin menggebu.

Sudahlah. Bicara tentang rasa ternyata tak mudah. Lebih baik ku pikirkan hijaunya sawah. Sambil duduk melepas istirah.

Atau baiknya ku tuliskan saja. Biarlah ini jadi cerita. Agar tak lekang dimakan usia. Jika amarah tak kunjung reda.

Setidaknya ada yang tahu. Jika ini sudah berakhir. Kau coba telusuri masa lalu. Dan di sini kenangan kita terukir.

3 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun