Mohon tunggu...
Hendro SW
Hendro SW Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang tunanetra yang suka dunia tulis-menulis

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajarlah dari Perbedaan Pandangan tentang Hantu

17 Juli 2020   16:53 Diperbarui: 17 Juli 2020   16:51 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Misalnya, tiap malam jumat kliwon nanti anak akan meminta uang. Buat jajan? Tentu bukan! Yang jelas karena merasa takut dengan hantu anak bisa jadi mencari jalan untuk membuat perasaan takut hilang. Entah itu dengan minta doa pada mbah kyai, sampai dengan memasang sesaji agar saat tidur sendiri di kamar tidak didatangi hantu.

Anda bisa hitung sendiri berapa uang yang harus dibayarkan kepada mbah Kyai untuk bisa terbebas dari kejaran hantu. Belum lagi jika dari mbah kyai minta dibelikan sarana untuk sesaji. Wah,,, bisa-bisa gaji bapak nggak akan cukup untuk jalan-jalan nongkrong makan di warung indomi!

Pelajaran ketiga, jadilah orang dengan toleransi tinggi. Pernahkah anda bertanya kepada teman anda bagaimana wujud hantu menurut mereka? Dari pengalaman saya bertanya tentang hantu dengan teman-teman saya setidaknya tiap orang punya pandangan yang berbeda-beda berdasarkan pengalaman mereka masing-masing saat melihat hantu. 

Ada yang bilang hantu tidak bisa dilihat mukanya karena selalu membelakangi kita. Ada yang bilang wujudnya seperti manusia biasa tapi kakinya tidak menyentuh tanah, dan saat melihatnya ada perasaan merinding.

Ada juga yang bilang wujudnya menakutkan. Badan besar, penuh bulu dan mukanya memancarkan sinar merah menyala. Ada juga yang bilang punggungnya bolong, rambutnya panjang sampai ke tanah, mukanya pucat, dan kalau dipegang "dingiiiiiiiiin..."

Tetapi jujur, saya salut terhadap mereka yang pernnah melihat hantu. Meskipun berbeda pandangan terhadap wujud hantu, tapi tak pernah sekalipun mereka bertengkar dengan sesama teman yang memiliki pandangan berbeda tentang wujud hantu. 

Beda dengan para elit politik yang hobbi bertengkar karena perbedaan pandangan. Jadi, bersyukurlah bagi kalian yang pernah melihat hantu. Karena dari situlah anda bisa belajar makna toleransi yang sesungguhnya.

Ngomong-ngomong soal hantu ada cerita dari anak saya sendiri. Saya memang tidak pernah mengenalkan kosa kata hantu kepada anak saya. Tiba-tiba sepulang dari main anak saya langsung mengejar saya sambil bilang "haaantuuuu... haantuuu...' Saya sendiri sampai bingung,,, lha kok? Usut punya usut, ternyata di luar teman-temannya main hantu-hantuan. 

Sang pemeran hantu harus mengejar temannya sampai dapat. Teman-teman yang di kejar sontak pada berteriak "hantuu.... Hantuuuu.....' Setelah saya tanya anak saya Cuma diam. Tetap tidak bisa menjelaskan apa itu hantu. Apakah suatu makhluk yang punya rupa menakutkan, atau justru cantik, atau lucu.... Yang jelas satu yang pasti. Eh, eh,,, eh,.. anak saya sudah mulai mengejar lagi: "hantuuuuu,,,, hantuuuuuu!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun