Mohon tunggu...
Hendriyadi Sang Pelukis Langit
Hendriyadi Sang Pelukis Langit Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hendriyadi, "Born to Be Volunteer". Semangat dan tak kenal putus asa itulah yang membuat bisa bertahan sampai saat ini. Alumni Fakultas Ekonomi Trisakti dan aktif di berbagai program kepemudaan di antaranya: Pertukaran Pemuda Indonesia Kanada 2009, Kapal Pemuda Nasantara 2010, Penerima Beasiswa IELSP (Indonesian Language Study Program) di Iowa State University, dan Penerima Beasiswa CIMB Niaga. Aktif di dunia volunteering sebagai gerakan yang di dasari cinta dari hati nurani untuk membantu pendidikan Indonesia. Indonesian Youth for Education (IYE) adalah wadah yang kini di kembangkan untuk pendidikan anak Indonesia yang lebih cerdas dan beretika. Semangat Pemuda Indonesia. Feel free to contact me : pelukislangit@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Permainan Tradisional, Mau Dibawa ke Mana?

21 Desember 2012   01:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:17 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin kita masih ingat permainan ini?  Permainan yang sangat pupolar saat kita kecil, namun apakah kita masih banyak anak-anak di sekitar kita yang memainkannya? Ini adalah beberapa contoh permainan Indonesia yang hanya sebagian kecil yang kita kenal, lebih dari itu dari Sabang sampai Merauke terdapat berbagai permainan tradisional yang mempunyai makna masing-masing yang berasosiasi dengan kehidupan manusia termasuk pengembangan diri. Kita memang harus jujur bahwa saat ini Indonesia mengalami "penjajahan" dengan permainan elektronik yang lebih canggih.

Anak-anak Indonesia saat ini lebih senang bermain Playstation dan sejenisnya, diracuni Ponsel canggih dengan berbagai fitur permainannya, belum lagi gadget yang gesek dan gesek. Kami bukan mau melarang adanya alat-alat canggih ini, tapi perlu adanya suatu kontrol dari kita semua mulai dari orang tua, kakak, maupun pemuda Indonesia untuk membatasi kecanduan ini dan mengarahkan bermain dan berinteraksi dengan teman dan lingkungan sekelilingnya. Menurut kami, permainan tradisional itu mengajarkan tentang pengenalan diri (kepemimpinan, kerjasama, perjuangan), mengenal alam, dan Tuhan Yang Maha Esa.

Hal ini bisa dilihat dalam permainan Gobak Sodor, disana kita akan belajar strategy, siapa yang memimpin di bagian depan, tengah dan belakang serta kerjasama yang kokoh untuk menjadi pemenang. Berdasarkan penelitian oleh Bapak Zaenal Alif (Peneliti Kebudayaan)  dalam permainan rakyat yang mengajarkan ketuhanan bisa dilihat dari "Hompimpa", kalimat Hompimpa Alaium Gambreng yang bermakna "Dari Tuhan kembali ke Tuhan, Mari kita bermain"!

"Bermain Egrang melatih keseimbangan, keberanian, kesederhaan untuk bahagia, menjalin persahabatan. Selain itu permainan ini adalah satu wujud pelesetarian budaya. Namun, saat ini permainan anak saat ini lebih suka bermain dengan permainan yang canggih daripada bermain ini. Mereka lebih senang berada di kamar, lebih individualis. Tidak ada lagi waktu untuk  bersama-sama untuk ke kebun, memotong bambu. Saat ini anak-anak lebih kenal Angry bird, dan Sim City dll." Ungkap Kak Budi (Entrepreneur Muda asal Garut). (21/12/2012)

Lanjut menurut Jihad, peserta The Complete Banker CIMB Niaga, " Game tradisioanl sebaiknya dibawa ke dalam game modern agar adik-adik kita tetap tahu tentang kebudayaan kita, karena  permainan tradisional melatih kebersamaan, kesabaran, sosial interaksi dengan sesama kawan. Dalam jangka panjang akan berdampak buruk pada anak jika telah kecanduan game modern, salah satunya lebih egois dan bahkan bisa lupa membedakan mana dunia nyata dan dunia games.  Hal ini tentunya akan sangat merugikan mereka karena tidak dapat merasakan apa yang dirasakan oleh generasi sebelumnya yang menikmati kebersamaan dalam permainan tradisional."  (21/12/2012)

Lalu, haruskah kita tetap tinggal diam sebagai pemuda negeri yang katanya "Agen Perubahan"?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun