[caption caption="sumber: koleksi pribadi"]
Mereka berlompat-lompatan ke dalam ruang imaji kekaguman saya lewat halaman demi halaman “Namaku Dahlia”. Bang Syafrizaldi mengoyak-moyak stigma kaum perempuan di desa-desa nun jauh di pinggir hutan, di kaki gunung - budaya patriarki, polos, sederhana, dan lugu.
Stigma perempuan Melayu kampung dibinasakan dengan cara yang paling santun – belajar sembari beraktivitas. Ketika perempuan-perempuan dusun pergi ke kota untuk bekerja sebagai pekerja rumah tangga, atau menjadi TKW, mereka justru memilih bertahan dan membangun harapan. Dahlia meyakinkan tidak harus ke kota untuk menjadi “jutawan”.
Dan Dahlia benar. Dari “yasinan” berkala, mereka berkreasi membentuk kelompok arisan yang kemudian berkembang menjadi Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Bersama-sama mereka membendung aliran modal keluar desa, yang lantas digunakan untuk kepentingan bersama.
Tanpa perlu mendengar ceramah berlarat-larat perihal konsep gender equality atau capital flight, lambat laun mereka menemukan jawaban atas keadilan akses dan kontrol terhadap sumber daya.
Perempuan dusun Lubuk Beringin berhasil membuktikan bahwa desa bukan sekadar lapangan kehampaan sehingga harus berangkat ke kota. Mereka menjadi bukti bahwa membangun Indonesia dari pinggiran bukan khayalan.
[caption caption="Sumber : koleksi pribadi"]
Dendam Iklima, puteri Adam yang melemparkan tubuhnya untuk memadamkan birahi Qabil –saudara tua yang mencabut nyawa Habil, lelaki yang dicintainya. Di bawah komando Cecillia, mereka mendapat darma untuk memulihkan keseimbangan semesta dengan cara membunuh 666 lelaki keparat dalam jangka 66 purnama.
Gadis-gadis yang benderang dalam kehidupan malam. Berkeliaran dalam embusan asap rokok, alkohol, ekstasi, judi dan seks bebas. Hilir mudik di tengah impitan beragam intrik kekuasaan, kekayaan haram dan perjuangan agama dengan panji-panji gemerincing uang. Tiada hidung aparat yang mampu mengendus operasi mereka.
Satu-satunya penanda adalah bunga sedap malam, itu pun setelah setiap kobar nyawa dipadamkan. Pertarungan di dunia Lingga-Yoni ini direkam dalam kesaksian Tentra - mahasiswa Universitas Depok yang kemudian meniti karir sebagai analis di perusahaan minyak.
Demikian perkenalan singkat saya dengan perempuan-perempuan luar biasa ini. Para Kartini dengan corak mereka masing-masing. Selubung misteri mereka membuat otak saya terus mencandu penasaran.