Mohon tunggu...
hendri setiawan
hendri setiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Perikanan yang berkreasi di bidang periklanan

Hidup adalah anugerah, nikmati dan syukuri hidup ini dengan gembira menjadi hambaNya

Selanjutnya

Tutup

Makassar

4 Masalah Lalu Lintas "Beringas" di Kota Metropolitan Indonesia Timur

10 Agustus 2021   00:00 Diperbarui: 10 Agustus 2021   00:04 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Makassar adalah kota terbesar ke-7 di Indonesia dan menjadi metropolitan di Kawasan Timur Indonesia . Sebuah konsep peninggalan penjajah Belanda yang menamakannya Timur Raya (Groote Oost) dan hingga kini masih dipakai oleh Pemerintah Republik Indonesia. Ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan ini memiliki luas 175 km persegi dan berpenduduk lebih dari 1,5 juta jiwa. Sangat wajar sebagai kota metropolitan, lalu lintas menjadi masalah setelah pemukiman. 

Tulisan ini bertujuan untuk koreksi bagi kita sesama pengguna jalan. Permasalahan lalu lintas ini adalah yang paling sering terjadi, dan belum ada tindak lanjut yang signifikan dari stakeholder, walau sudah ada sistem e-tilang. Memang belum semua ruas jalan di Makassar ini dipasangi kamera lalu lintas, tetapi setidaknya jika ada penindakan, rasanya nuansa berkendara akan jadi lebih ramah, se-ramah Coto Makassar dan Pallu Basa-nya. :)

(Disclaimer : pengalaman pribadi dan sudut pandang penulis, bukan data saintifik apalagi jurnalistik)

1. Perilaku Pengendara yang Ugal-Ugalan

"Sein kiri belok kanan, asal belok sein mati, belok kiri tanpa melihat sisi kanan, salip lewat kiri, salip kanan langsung banting setir kiri", pemandangan ini akan Anda rasakan bila bermotoran di Makassar. Walaupun ada juga di kota-kota lain, tetapi khusus pengendara motor beda sekali adrenalinnya. 

Pengendara sepeda motor di Makassar banyak yang punya "nyawa 9" barangkali. Karena Anda akan kaget terheran-heran melihat polah kebanyakan sepeda motor yang terlewat nyali untuk berbelok tanpa menoleh kiri kanan (kanan aja enggak apalagi kiri). Saat mereka menyalip kendaraan Anda, dengan jarak begitu dekat begitu nyata lewat kiri pula. 

Dan ketika sudah benar Anda disalip di sebelah kanan, tetapi tiba-tiba setelah sesaat melaju didepan kita dia langsung banting setir kiri agar persis di depan kita. Itulah sedikit adrenalin bagi pengendara baru di Makassar. *coba di jalan-jalan pemukiman yang harusnya low speed, Anda akan menemukan sensasi ini

2. Knalpot Bobokan Banyak dan Tak Ditindak

Sekali dua kali terdengar knalpot bobokan/wor atau apapun istilahnya saat berkendara, it's OK. Di jalan yang bukan poros atau utama masih terdengar, yaa, gak masalah, paling yang dilewatin knalpot agak gimana gitu. Nah, di Kota ini, di ruas jalan utama, bahkan yang ada pos polisinya, masih saja terdengar sepeda motor dengan knalpot bobokan, yang mana di kota-kota lain jelas sudah dirazia dan disita itu motor.

Knalpot bobokan dengan tarikan gas yang stabil, masih enak di dengar, tetapi dengar gaya tarikan macam kampanye partai tahun 80an, dijamin telinga anda meronta-ronta. Hmm.. lucunya, motor beknalpot bobokan di Makassar ini kebanyakan adalah motor matic, no persnelling. *Jl Pettarani hingga Jl. Perintis Kemerdekaan yang ada AKPOL dan Markas KODIM Hasanudin, cekidot

3. Pejalan Kaki dan Anak-Anak Asal Menyeberang

Fenomena ini akan banyak Anda temui di jalan pemukiman, bukan di jalanan utama Kota Makassar. Bukan gang atau lorong sempit juga maksudnya, tetapi jalanan yang memang lalu lalang kendaraan sangat ramai, tetapi pejalan kaki dengan pedenya bisa asal nyebrang atau berjalan mendekat ke tengah jalan. 

Banyak daerah di Makassar yang anak-anaknya (mungkin yaa) tidak dididik menghormati pengguna jalan, memang sih, tanah yang dibuat jalan itu mungkin punya nenek mereka, dan setelah jadi jalan, mereka masih menganggap itu halaman rumah atau lapangan bermain mereka. Bersepeda tanpa menghiraukan klakson, bahkan bercanda rame-rame hingga memakan bahu jalan. *hmm, temukan sensasi ini, di Jl. Kerung-Kerung, Jl. Sunu, Jl. Abu Bakar Lambogo, Jl. Maccini Raya.

4. Pengaturan Rambu Lalu Lintas Masih Minim 

Untuk yang satu ini, jujurnya, mau ketawa takut dosa, eh takut kena pasal juga. Tapi sekedar kritik yang konstruktif sih gapapa yaa..  Kota Makassar itu sangat padat dan jalanan pemukiman pun ramai. 

Tanpa rambu-rambu yang harusnya dipasang dan sekali-kali dijaga oleh aparat, pengendara ugal-ugalan yang mengatasnamakan buru-buru atau kejar setoran akan beraksi. Bahkan di Jalan Pettarani, traffic light serasa tidak ada. Sudah merah, tetap saja diterabas, dan memicu klakson dari kontingen kendaraan dari arah berlawanan. Masih ada juga perempatan yang traffic lightnya tidak safety, karena dua arah berlawanan bisa hijau bersamaan. *cek perempatan di sepanjang Jl. Veteran Selatan dan Utara, dan beberapa di Jl. G. Latimojong

Semoga Makassar ke depannya terus berbenah. Bukan hanya pemangku kepentingan, tetapi kita para pengguna jalan, mari kita jadi pelopor keselamatan berlalu lintas. Kecelakaan lalu lintas bukan sekedar angka, tetapi nyawa yang sia-sia karena kelalaian berkendara. Semoga berkenan dan Tabe' bila ada informasi yang salah, bisa tolong disampaikan di kolom komentar. Semoga kita selalu dalam lindunganNya setiap berkendara di atas roda.

Salam satu aspal .. wuihh.. keren salamnya ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun