Kota Makassar adalah kota terbesar ke-7 di Indonesia dan menjadi metropolitan di Kawasan Timur Indonesia . Sebuah konsep peninggalan penjajah Belanda yang menamakannya Timur Raya (Groote Oost) dan hingga kini masih dipakai oleh Pemerintah Republik Indonesia. Ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan ini memiliki luas 175 km persegi dan berpenduduk lebih dari 1,5 juta jiwa. Sangat wajar sebagai kota metropolitan, lalu lintas menjadi masalah setelah pemukiman.Â
Tulisan ini bertujuan untuk koreksi bagi kita sesama pengguna jalan. Permasalahan lalu lintas ini adalah yang paling sering terjadi, dan belum ada tindak lanjut yang signifikan dari stakeholder, walau sudah ada sistem e-tilang. Memang belum semua ruas jalan di Makassar ini dipasangi kamera lalu lintas, tetapi setidaknya jika ada penindakan, rasanya nuansa berkendara akan jadi lebih ramah, se-ramah Coto Makassar dan Pallu Basa-nya. :)
(Disclaimer : pengalaman pribadi dan sudut pandang penulis, bukan data saintifik apalagi jurnalistik)
1. Perilaku Pengendara yang Ugal-Ugalan
"Sein kiri belok kanan, asal belok sein mati, belok kiri tanpa melihat sisi kanan, salip lewat kiri, salip kanan langsung banting setir kiri", pemandangan ini akan Anda rasakan bila bermotoran di Makassar. Walaupun ada juga di kota-kota lain, tetapi khusus pengendara motor beda sekali adrenalinnya.Â
Pengendara sepeda motor di Makassar banyak yang punya "nyawa 9" barangkali. Karena Anda akan kaget terheran-heran melihat polah kebanyakan sepeda motor yang terlewat nyali untuk berbelok tanpa menoleh kiri kanan (kanan aja enggak apalagi kiri). Saat mereka menyalip kendaraan Anda, dengan jarak begitu dekat begitu nyata lewat kiri pula.Â
Dan ketika sudah benar Anda disalip di sebelah kanan, tetapi tiba-tiba setelah sesaat melaju didepan kita dia langsung banting setir kiri agar persis di depan kita. Itulah sedikit adrenalin bagi pengendara baru di Makassar. *coba di jalan-jalan pemukiman yang harusnya low speed, Anda akan menemukan sensasi ini
2. Knalpot Bobokan Banyak dan Tak Ditindak
Sekali dua kali terdengar knalpot bobokan/wor atau apapun istilahnya saat berkendara, it's OK. Di jalan yang bukan poros atau utama masih terdengar, yaa, gak masalah, paling yang dilewatin knalpot agak gimana gitu. Nah, di Kota ini, di ruas jalan utama, bahkan yang ada pos polisinya, masih saja terdengar sepeda motor dengan knalpot bobokan, yang mana di kota-kota lain jelas sudah dirazia dan disita itu motor.
Knalpot bobokan dengan tarikan gas yang stabil, masih enak di dengar, tetapi dengar gaya tarikan macam kampanye partai tahun 80an, dijamin telinga anda meronta-ronta. Hmm.. lucunya, motor beknalpot bobokan di Makassar ini kebanyakan adalah motor matic, no persnelling. *Jl Pettarani hingga Jl. Perintis Kemerdekaan yang ada AKPOL dan Markas KODIM Hasanudin, cekidot
3. Pejalan Kaki dan Anak-Anak Asal Menyeberang