Mohon tunggu...
Hendri Ma'ruf
Hendri Ma'ruf Mohon Tunggu... lainnya -

Hobi "candid photo," suka traveling, dan senang membaca plus menulis. Pernah bekerja di perusahaan, sekarang berkarya mandiri. Meminati masalah kepemimpinan, manajemen, dan kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Buat Saya, Jokowi Bukan Pilihan Utama

17 April 2019   13:15 Diperbarui: 17 April 2019   13:37 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibaratnya saya sebagai Ketua Pemegang Saham dari Indonesia Corporation yang sedang mencoba menjelaskan alasan memilih Jokowi sebagai CEO-nya kepada 1000 orang pemegang saham, maka alasan saya berbunyi:

"Jokowi mendapatkan skor tertinggi dari berbagai calon CEO di tahun 2014. Peran CEO Indonesia Corp saat ini adalah sebagai Penggerak Perubahan atau Change Agent. Dia memang punya kelemahan, seperti menyukai hal-hal yang berkenaan image building.  Skor leadership dirinya pun tidak istimewa. Tetapi keseluruhan skornya sebagai calon CEO lebih tinggi daripada calon lainnya saat itu. Kini, di tahun 2019, skor itu masih dalam posisi yang sama. Kehadirannya dalam empat setengah tahun sebagai CEO menunjukkan telah terjadi perubahan. Meski Jokowi belum bisa lepas sepenuhnya dari pengaruh-pengaruh Orde Baru (karena adanya orang-orang tertentu dalam inner circle-nya yang merupakan produk Orba), sudah ada perubahan suasana dalam Pemerintahan, khususnya mulai dirasakan adanya pelaksanaan merit system. Yaitu sistem pemberian penghargaan pada orang yang semestinya diberi penghargaan atas prestasi dan kontribusi positifnya bagi masyarakat dan pemberian hukuman bagi yang melanggar aturan dan disiplin."

Perlu dijelaskan bahwa faktor Oligarki yang kekuasaan mereka sulit dijebol oleh Presiden-presiden di era Reformasi 1998-2014 menjadi salah satu pertimbangan utama saya pribadi dalam mempertimbangkan siapa yang bagus dalam menjalankan peran Penggerak Perubahan atau Change Agent. Meski belum sampai menjebol sampai ke akarnya, Jokowi mampu menggerus sebagian kekuasaan Oligarki. Sangat banyak hal yang bisa dibahas dari kerugian rakyat Indonesia karena kekuasaan oligarki yang tak terlihat masyarakat.

Selain itu, yang namanya perubahan, apalagi menyangkut dua ratusan juta manusia, tidaklah bisa terjadi seketika. Secara normatif (bahwa perubahan bangsa mencapai kemajuannya itu butuh waktu panjang), banyak di antara kita yang paham. Tetapi, dalam prakteknya, banyak kritik yang asal kritik terhadap perwujudan janji dalam masa kampanye atau terhadap kinerja Pemerintahan, itu membuktikan ketidak-pahaman terhadap "perubahan membutuhkan waktu".

Semoga, dengan ini bisa terlihat bahwa peran Jokowi lebih pas dilihat sebagai peran agen perubahan untuk bangsa ini, yaitu dalam rangka memajukan negeri dan menyejahterakan rakyat. Proses memajukan negeri dan menyejahterakan masyarakat tidak bisa dalam 5 tahun langsung terwujud, jika budaya masyarakat untuk maju belum terbentuk. Budaya masyarakat yang melintasi era-era penting selama 69 tahun, membuat tidak siap untuk maju seirama dengan derap langkap kemajuan dunia. Tidaklah cukup mengubah kebiasaan dan mentalitas yang terbangun di era Bung Karno (1945-1965), era Orde Baru (1965-1998), era Reformasi 4 Presiden (1998-2014).

Peralihan menuju mentalitas baru, kebiasaan baru, dari dua ratusan juta manusia sebagai bangsa membutuhkan waktu panjang, yang kabarnya satu generasi, yaitu 25 tahun.

Hitungan 5 tahun (1 periode jabatan Presiden) adalah waktu yang pendek. Kalau mau jujur, kita tidak bisa menaruh harapan 100% bahwa seorang Presiden (siapa pun) akan dapat mengubah budaya bangsa dalam waktu 5 tahun. Sebaliknya, kita juga tak bisa menyalahkan Presiden yang sama tersebut (siapa pun) 100% jika perubahan budaya dan perilaku bangsa belum terwujud. Diberi 10 tahun pun sebenarnya belum cukup, karena yang dibutuhkan adalah waktu satu generasi alias 25 tahun. Yang artinya, pada akhirnya, program perubahan budaya dan perilaku bangsa adalah proyek besar. Butuh sedikitnya 3 presiden yang berbeda untuk dapat saling menyambungkan upaya besar memajukan bangsa.

Buat saya, Jokowi bukan pilihan utama. Tetapi, dia adalah pilihan yang lebih cocok untuk menjalankan peran Agen Perubahan untuk Bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun