Mungkin ada pembaca yang berpendapat bahwa upaya pembunuhan karakter atau black campaign atau serangan opini jahat sama-sama kok diarahkan kepada kedua calon presiden. Dan mungkin saja segera seseorang lain nyeletuk bahwa serangan kepada nomor dua lebih banyak dibandingkan kepada nomor satu dengan menyuguhkan info ini: 5 negative/black campaign kepada Prabowo berbanding 25 black campaign kepada Jokowi. Ini pun mungkin saja berlanjut dengan balasan dari orang lain yang mengajukan berita negative campaign itu boleh, asalkan bukan black campaign.
Di bulan Juni 2014 ini, aktivitas pendukung kedua pihak semakin meningkat di dunia maya. Tetapi sekaligus juga mereka kini menjadi sensitif. Pertemanan pun di banyak kejadian menjadi renggang bahkan putus.
Masih ada beberapa hari menjelang tanggal 9 Juli 2014. Akan berkembang seperti apakah serangan opini jahat dalam wujud pembunuhan karakter atau black campaign itu?
Menyimak perkembangan perilaku masyarakat di semua lapisan, baik di kota besar maupun di kota kecil, selama puluhan tahun terakhir, maka perilaku yang beradab tampaknya masih jauh. Sebuah contoh adalah bagaimana perkembangan perpeloncoan di kampus bahkan di sekolah telah berevolusi dari sekedar kekerasan verbal (diejek-ejek) pada era 1960an, 1970an menjadi kekerasan verbal plus kekerasan fisik pada era 2000an, 2010an. Korban cidera banyak, dan korban jiwa pun terjadi.
Perilaku tawuran di tingkat sekolah menengah yang dari waktu ke waktu terjadi, tanpa pernah putus. Tawuran juga terjadi di sebagian kecil mahasiswa dan di sebagian kecil masyarakat (antar wilayah). Porsinya memang kecil, tetapi dari waktu ke waktu itu terjadi. Tawuran massal dalam wujud amuk massal masuk ke dalam kamus bahasa Inggris berupa “run amok.”
Tampaknya, tawuran massal telah berevolusi ke dunia maya. Tawuran massal di dunia maya dikatakan pengamat berwujud pada dua jenis: yang diorganisir dan yang tidak diorganisir.
Mungkin saja intensitas serangan sampai 9 Juli 2014 bakal tetap tinggi. Mungkin saja mereda setelah tanggal itu.
Tetapi, sangat mungkin terjadi bahwa tahun pertama kepemimpinan Presiden RI ke-7 yang baru nanti black campaign masih berlanjut dalam wujud serangan opini jahat. Kebanyakan masyarakat kita belum sampai tingkat jiwa besar mengakui kemenangan lawan. Apalagi kalau mengingat sifat orang Indonesia menurut Mochtar Lubis, antara lain: hipokrit, tukang menggerutu, watak yang lemah, cepat cemburu & dengki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H