[caption id="attachment_320377" align="alignnone" width="688" caption="Selamat Datang Pemimpin Baru"][/caption]
Perjalanan panjang bangsa ini memilih pemimpinnya baru saja tiba di tujuan. Dengan biaya trilyunan rupiah, tenaga dalam rupa jutaan manusia, dan perasaan bangsa yang terbagi antara dua pasang capres-cawapres, puas tak puas, semua orang melihat kenyataan baru.
Sebuah kenyataan bahwa salah satu dari dua pasang capres-cawapres terpilih meski oleh pihak lain dianggap mengandung cacat. Sebuah kenyataan bahwa akhir dari keputusan MK tidak sampai bersambung dengan kerusuhan. Tentu ini berkat kendali sang capres nomor urut satu yang tidak ingin terjadi adanya chaos. Dalam hal ini, tentu saya dan Anda semua berterima kasih.
Selanjutnya saya ingin membuat catatan kepada pasangan yang disahkan MK sebagai penerus kepemimpinan bangsa ini.
Pak Jokowi yang saya hormati, selamat. Pak JK yang saya hormati, selamat. Secara resmi, legal formal, bapak berdua memimpin negri ini untuk lima tahun ke depan—setelah pelantikan di bulan Oktober 2014. Kami yang memilih bapak-bapak, tentu senang. Kami turut bahagia atas kemenangan bapak berdua.
Kami mengerti bahwa tantangan bapak berdua, khususnya tantangan bagi pak Jokowi sungguh berat. Cita-cita memajukan bangsa dan menyejahterakan rakyat bakal berhadapan dengan agenda tersembunyi dari para oknum yang sekarang masih bercokol. Mereka berada tidak saja di satu atau dua atau tiga institusi Pemerintahan saja. Mereka tersebar di banyak institusi. Bukan saja institusi di sisi Legislatif saja, mereka juga ada di sisi Eksekutif, dan di sisi Judikatif.
Apa yang bisa saya dan banyak orang awam lakukan, sebagai rakyat, adalah mengawal cita-cita bapak hingga akhir masa jabatan. Kalau pun itu nanti bapak sendiri yang melenceng dari cita-cita itu, maka bapaklah yang akan berhadapan dengan kami para rakyat. Kalau bapak sudah berupaya keras menegakkan integritas dan usaha berpegang teguh pada cita-cita mulia itu, kami akan tahu. Kami bisa maklum jika bapak terbentur tembok OKNUM atau GURITA OKNUM yang sekarang masih terlalu besar untuk dilawan.
Ada sebuah pepatah mengatakan lebih baik punya lawan yang jelas sikapnya daripada punya teman yang sikapnya tidak jelas. Baru ketahuan di belakang hari dia itu musuh. Itulah mengapa ada pepatah lain yang berbunyi ‘musuh dalam selimut.’ Itu sangat berbahaya. Bahkan dalam keadaan tertentu bisa lebih berbahaya daripada lawan yang terang-terangan sudah terlihat menghalangi.
Para oknum itu begitu banyaknya, karena terbiasa dengan pola lama, dengan tradisi lama, yang tidak berorientasi pada kepentingan rakyat, tidak berorientasi pada restu Tuhan.
Karena itu, kami para rakyat berharap kepada bapak berdua untuk berusaha dengan keras. Kami percaya bahwa pak JK akan bermain cantik. Pak JK tidak akan membiarkan terjadinya ‘matahari kembar.’ Itu harapan kami. Supaya dwi-tunggal Jokowi-JK benar-benar terwujud.
Kami para rakyat akan tahu apakah bapak-bapak berdua telah berusaha keras. Kalau toh gagal, kami takkan kecewa. Birokrasi Indonesia memang tak bisa disulap menjadi birokrasi yang bermentalitas produktif dan berorientasi pada kepentingan rakyat dalam waktu singkat. Membangun mentalitas hebat tidak semudah membangun jembatan.
Kami para rakyat akan berusaha mengawal sebisa kami, dengan transparansi dan teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H