Menurut Tonny Trimasanto (1993), mahasiswa dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu mahasiswa yang apatis dan mahasiswa aktif terhadap organisasi kampus. Mahasiswa yang apatis terhadap organisasi kampus merupakan mahasiswa yang hanya fokus pada perkuliahan saja. Sedangkan mahasiswa aktif adalah mahasiswa yang terlibat aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan di kampus.
Masalah dan Alternatif Solusi
Dalam kenyataannya, UKM di beberapa kampus tidak berjalan dengan baik dan efektif. Artinya masih ada banyak anggota UKM yang tidak aktif untuk mengikuti kegiatan karena dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Ada banyak faktor penyebab yang mempengaruhi efektivitas UKM, antara lain adalah soal pendampingan. Pendampingan UKM kadang masih bersifat parsial (sebagian) dan kurang di dalam pengelolaan secara berkelanjutan. Pendampingan kadang hanya bersifat monumental atau perayaan.
Selain itu pendampingan masih tersentral, tanpa ada kekuatan penggerak di tingkat basis. Ketika melihat tantangan budaya, dan ruang hidup dewasa ini yang sudah sangat kompleks, pendampingan mahasiswa dalam UKM hendaknya tidak hanya bersifat parsial untuk membidik suatu keprihatinan saja. Pendampingan dalam kegiatan UKM hendaknya dapat menjadi satu kesatuan yang utuh atau integratif.
Berikut ini, ada beberapa aspek pembinaan yang hendaknya diperhatikan dalam pendampingan UKM
Pertama, pengembangan kepribadian. Meliputi pengenalan diri, penemuan diri dan potensi serta keterbatasan. Tumbuhkan gambaran diri yang sehat. Kesadaran diri dalam kelompok dan hidup sosial, dalam pergaulan dan persaudaraan dengan yang lain.
Kedua, pengembangan kemanusiaan dan kemasyarakatan. Pengembangan kemanusiaan terarah langsung kepada pribadi atau kelompok seperti perhatian, solidaritas, dan penghormatan HAM. Sedangkan pengembangan kemasyarakatan berkaitan dengan membangun kesadaran diri sebagai warga masyarakat dengan segala hak dan kewajibannya, serta keterlibatan atau kerja sama dalam mengatasi pelbagai masalah.
Ketiga, pengembangan kepemimpinan dan organisasi. Berkaitan dengan kaderisasi kepemimpinan masa depan yang berkualitas, visioner atau mampu membaca tanda-tanda jaman. Menumbuhkembangkan semangat kepemimpinan yang bisa mengambil keputasan secara bijaksana dan melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab.
Keempat, pengembangan intelektualitas dan profesionalitas. Intelektualitas mencakup kemampuan berpikir kritis, mengungkapkan pendapat secara logis dan punya kemauan untuk terus belajar. Profesionalitas mencakup keahlian untuk menguasai bidang tertentu sesuai dengan bakat dan kemampuan mahasiswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H