Ketrampilan dan keahlian membuat riset merupakan sebuah keharusan bagi mahasiswa. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan terlebih ketika mahasiswa akan menyelesaikan tugas akhir yakni penulisan skripsi, tesis dan disertasi. Bahkan sebagai seorang akademisi, ketrampilan riset sangat diperlukan oleh setiap mahasiwa untuk membiasakan diri dalam upaya pencarian ilmiah berbasis riset.
Hal yang tidak bisa terlepas dari riset adalah pengumpulan data. Dalam pengumpulan data, terdapat berbagai macam cara, di antaranya adalah wawancara atau interviewee.Â
Wawancara merupakan salah satu cara mengumpulkan data dan informasi dari responden dengan bercakap-cakap atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan lisan (verbal) dan langsung (berhadapan muka) dengan menggunakan alat yang disebut panduan wawancara.
Berdasarkan subjek yang diwawancarai, terdapat dua cara wawancara yakni perorangan (jika yang diwawancarai individu) dan secara kelompok (Focused Group Discussion-FGD), jika yang diwawancarai serentak adalah sekelompok orang bersama-sama.
Tujuan dari wawancara adalah untuk mengumpulkan informasi dan data mengenai kehidupan sosial ataupun pribadi seseorang di dalam suatu masyarakat. Selain itu wawancara juga berfungsi untuk melengkapi pengumpulan data lewat observasi dan kuesioner.
Empat Faktor yang Mempengaruhi Proses Wawancara
Wawancara adalah proses interaksi dan komunikasi, dan dalam proses itu ada beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi: pewawancara, responden (informan, isi hal yang mau diwawancara, dan situasi wawancara). Keempat faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor responden
Karakteristik sosial responden/ interviewee: apakah dari dari kalangan bawah atau kelas atas/elit (kelas sosial, kelas ekonominya). Jika ia dari kalangan atas, ia cenderung untuk meninggikan diri dan mengganggap diri sebagai pusat segala informasi. Karena itu, pewawancara harus membuat wawancara bandingan. Selain itu, kalau seseorang dari kalangan atas, ia mungkin akan cenderung meremehkan pewawancara. Dalam hal ini, pewawancara harus memperlihatkan bahwa ia sungguh professional.
Sebaliknya, kalau responden/interviewee berasal dari kelas bawah, ia boleh jadi cenderung merendah dan malu-malu atau takut menjawab. Di sini, pewawancara harus meyakinkan dia bahwa dia bisa memberikan jawaban.
Kemampuan responden dalam menangkap pertanyaan: responden tidak memahami bahasa atau istilah, sehingga ia tidak mengerti pertanyaan. Karena itu, pakailah bahasa sederhana atau bahasa yang dimengerti responden