Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pemerhati di bidang pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahasiswa Mesti Kepo, Ini 4 Faktor Utama yang Mempengaruhi Arus Informasi dalam Wawancara

16 Oktober 2022   19:18 Diperbarui: 16 Oktober 2022   20:13 1725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa sedang mewawancarai seorang responden (Dokumen Pribadi)

Ketrampilan dan keahlian membuat riset merupakan sebuah keharusan bagi mahasiswa. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan terlebih ketika mahasiswa akan menyelesaikan tugas akhir yakni penulisan skripsi, tesis dan disertasi. Bahkan sebagai seorang akademisi, ketrampilan riset sangat diperlukan oleh setiap mahasiwa untuk membiasakan diri dalam upaya pencarian ilmiah berbasis riset.

Hal yang tidak bisa terlepas dari riset adalah pengumpulan data. Dalam pengumpulan data, terdapat berbagai macam cara, di antaranya adalah wawancara atau interviewee. 

Wawancara merupakan salah satu cara mengumpulkan data dan informasi dari responden dengan bercakap-cakap atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan lisan (verbal) dan langsung (berhadapan muka) dengan menggunakan alat yang disebut panduan wawancara.

Berdasarkan subjek yang diwawancarai, terdapat dua cara wawancara yakni perorangan (jika yang diwawancarai individu) dan secara kelompok (Focused Group Discussion-FGD), jika yang diwawancarai serentak adalah sekelompok orang bersama-sama.

Tujuan dari wawancara adalah untuk mengumpulkan informasi dan data mengenai kehidupan sosial ataupun pribadi seseorang di dalam suatu masyarakat. Selain itu wawancara juga berfungsi untuk melengkapi pengumpulan data lewat observasi dan kuesioner.

Ilustrasi faktor-faktor yang memperngaruhi arus informasi (Dokumen Pribadi)
Ilustrasi faktor-faktor yang memperngaruhi arus informasi (Dokumen Pribadi)

Empat Faktor yang Mempengaruhi Proses Wawancara

Wawancara adalah proses interaksi dan komunikasi, dan dalam proses itu ada beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi: pewawancara, responden (informan, isi hal yang mau diwawancara, dan situasi wawancara). Keempat faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor responden

Karakteristik sosial responden/ interviewee: apakah dari dari kalangan bawah atau kelas atas/elit (kelas sosial, kelas ekonominya). Jika ia dari kalangan atas, ia cenderung untuk meninggikan diri dan mengganggap diri sebagai pusat segala informasi. Karena itu, pewawancara harus membuat wawancara bandingan. Selain itu, kalau seseorang dari kalangan atas, ia mungkin akan cenderung meremehkan pewawancara. Dalam hal ini, pewawancara harus memperlihatkan bahwa ia sungguh professional.

Sebaliknya, kalau responden/interviewee berasal dari kelas bawah, ia boleh jadi cenderung merendah dan malu-malu atau takut menjawab. Di sini, pewawancara harus meyakinkan dia bahwa dia bisa memberikan jawaban.

Kemampuan responden dalam menangkap pertanyaan: responden tidak memahami bahasa atau istilah, sehingga ia tidak mengerti pertanyaan. Karena itu, pakailah bahasa sederhana atau bahasa yang dimengerti responden

Kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan: responden bisa mengerti pertanyaan, namun mengungkapkannya dalam bahasa yang baik dan benar tidak selalu mudah. Hal ini boleh jadi disebabkan oleh ketidakpercayaan diri responden; atau karena ketidakmampuan berbahasa Indonesia. Karena itu, responden bisa diberi kesempatan menggunakan bahasa daerahnya sendiri dan dibantu oleh penterjemah.

2. Faktor pewawancara

Karakteristik sosialnya (kalangan atas atau bawah): status sosial (pendidikan, ekonomi, pekerjaan, dll.) berpengaruh terhadap cara bagaimana seorang pewawancara diterima oleh interviewee. Kalau dia dari kalangan atas, boleh jadi orang enggan memberikan keterangan/informasi kepadanya; kalau dia dari kalangan bawah bisa jadi dia akan diremehkan atau kikuk atau rendah diri berhadapan dengan interviewee dari kalangan atas.  Karena itu, dia harus pandai menempatkan diri dalam situasi interviewee.

Ketrampilan mewawancarai: lancar-tidaknya wawancara juga ditentukan sejauh mana seorang pewawancara menyiapkan diri dengan baik dan trampil menguasai serta mengungkapkan hal-hal yang diwawancarai kepada responden/interviewe.  Banyak- sedikit dan mendalam-tidaknya informasi yang diperoleh amat bergantung pula pada ketrampilan mewawancarai.

Motivasi (untuk apa ia lakukan wawancara): kualitas wawancara sangat ditentukan oleh dorongan di balik kegiatan wawancara.  Jika pewawancara sungguh berminat dan keinginan untuk mengetahui sesuatu, dia akan menggali informasi secara mendalam dan sebanyak-banyaknya; sebaliknya, jika dia melakukannya hanya karena dibayar, kualitas informasi yang diperolehnya pun akan dangkal.

Rasa aman: pewawancara yang merasa aman biasanya dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal yang mesti diketahuinya. Namun, dalam keadaan di mana ia merasa tidak aman entah karena adanya ancaman dari pihak lain atau adanya konflik dalam masyarakat yang didatanginya, maka kehadirannya bisa dicurigai dan karena itu dia boleh jadi menjadi sangat hati-hati dalam mengajukan pertanyaan atau menggali informasi. Akibatnya, kualitas hasil wawancara tidak memadai/dangkal.

3. Faktor Isi pertanyaan wawancara

Peka-tidaknya pertanyaan: pertanyaan yang sensitif biasanya tidak gampang dijawab responden.

Sukar-tidaknya pertanyaan: makin gampang pertanyaan, makin gampang pula dijawab; makin sulit pertanyaan, makin sulit pula dijawab responden.

Tingkat minat responden terhadap hal yang ditanyakan: pewawancara belum pasti sungguh berminat terhadap apa yang kita tanyakan (teliti). Kalau dia berminat, dia akan dengan sukarela menjawab dan memberikan informasi seluas serta sedalam-dalamnya. Sebaliknya, jika dia tidak berminat, jawabannya akan dangkal-dangkal saja.

Sumber kekhawatiran: jika ada konflik, biasanya orang hati-hati dalam memberikan informasi, karena takut dituding "menjual" pihak lain. Apalagi kalau pihak lain yang berseberangan dengannya berada di tempat wawancara. Sebaliknya, jika dia tidak mempunyai sesuatu dan seseorang yang perlu dikhawatirkan, dia akan dengan leluasa dan bebas memberikan informasi.

4. Faktor situasi wawancara

Waktu dan tempat wawancara: waktu dan tempat yang tepat akan membuat informasi bisa diperoleh dengan mudah dan lancar. Sebaliknya, jika waktu dan tempatnya tidak tepat, pewawancara boleh jadi tidak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Karena itu, penentuan waktu dan tempat yang tepat amat penting dilakukan dengan informan/responden.

Kehadiran orang ketiga: orang ketiga bisa mengganggu jalannya wawancara; apalagi kalau menyangkut hal-hal pribadi. Misalnya, kehadiran anak, suami/isteri yang mengintervensi proses wawancara, dll.

Sikap masyarakat terhadap responden dan hal yang ditanyakan: kalau masyarakat menaruh hormat terhadap responden/interviewee dan masyarakat tidak menghalanginya untuk berbicara apa saja, maka kita dapat mengharapkan adanya informasi yang secukupnya dari orang tersebut. Sebaliknya, kalau dia tidak disukai atau dimusuhi, maka masyarakat akan memprotes apa yang diungkapkan oleh responden dalam wawancara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun