Mengawali tulisan ini, saya teringat dengan kutipan Ir. Soekarno bahwasanya "Aku lebih suka pemuda yang merokok dan minum kopi sambil berdiskusi tentang bangsa ini, ketimbang pemuda kutu buku yang sibuk memikirkan dirinya sendiri". Kutipan dari Ir. Soekarno mengilustrasikan apresiasinya terhadap pemuda yang berani terlibat dalam perbincangan tentang masa depan bangsa, bahkan jika gaya hidup mereka tidak sesuai dengan norma-norma tradisional. Soekarno meyakini bahwa semangat patriotisme dan kesadaran sosial lebih berharga daripada kesempurnaan akademis atau kepribadian yang terfokus pada diri sendiri. Baginya, pemuda yang aktif dalam dunia politik dan sosial, meskipun memiliki kekurangan, memiliki potensi besar untuk membawa perubahan yang positif bagi masyarakat dan negara. Bagi saya kutipan ini merupakan perenungan yang cukup menohok serentak reflektif dan bermuara pada dualitas pemikiran apakah saya akan menjadi seseorang intelektual untuk "diri atau negeri?
Semenjak SMA saya sudah aktif dalam kegiatan akademis dan non akademis. Perjalanan dari segi akademis pada tahun 2016 ketika menempuh sekolah menengah atas saya melakukan penelitian jurnalistik dan bahasa tentang" Tindak Tutur Langsung dan tidak Langsung Siswa SMA Seminari Pius XII Kisol", intisari dari penelitian ini adalah bagaimana kita sebagai siswa mampu memaksimalkan tuturan dan pilihan diksi yang situasional dengan sesama disekitar, secara implisit mau mengarahkan bagaimana seharusnya kesopanan berbahasa dan bertutur itu dapat diaplikasikan secara baik dalam ruang lingkup sekolah hingga lanskap masyarakat luas. Saya juga melakukan penelitian secara lebih spesifik saat menempuh gelar sarjana mengenai "Pengaruh  Desentralisi Fiskal, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal Terhadap Pendapatan Perkapita Masyarakat di Provinsi Yogyakarta Periode 2012-2021".
Dari aspek non akademis saya adalah pribadi yang aktif dalam ragam kegiatan organisasi, kepanitiaan dan aktivitas volunteer. Tahun 2017 silam saya terlibat dalam organisasi BEKAS (Bengkel Kata Sanpio) yang berfokus pada kegiatan jurnalistik seperti puisi,teater, pantonim dan penerbitan majalah biduk. Di tahun yang sama saya juga terlibat dalam organisasi RETORIKA yang menjadi wadah bagi siswa  untuk melatih kemampuan berorasi,pidato dan aspirasi secara formal. Pengalaman ini yang kemudian menjadi cikal bakal keaktifan saya untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seminar, webinar dan kepanitiaan serta organisasi dibangku perkuliahan.  Pada bulan Maret 2021 Saya dipercayakan menjadi anggota divisi minat dan bakat dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Prodi Ekonomi dan Akuntasi (HIMAPENSI), Wakil Ketua divisi Publikasi dan Dokumentasi pada rangkaian acara Inisiasi Program Studi Pendidikan Ekonomi tahun 2020, Anggota divisi dekorasi Culture Feast 2019 serta  Ketua Panitia Culture Feast Universitas Sanata Dharma tahun 2021.
Selain itu, pada periode 2021-2022 pengalaman berharga yang saya miliki adalah sebagai penggerak program Jumat Membaca melalui organisasi HIMAPENSI di Kelurahan Caturtunggal, Depok, Sleman. Dimana kami berupaya untuk  mengurangi tingkat buta aksara dengan memberikan  pengajaran dan pendidikan dini terhadap anak-anak serta memberikan buku bacaan dan perlengkapan tulis kepada anak-anak agar semakin meningkatkan animo belajar.  Saya juga terlibat sebagai volunteer Rumah Baca Petra di Manggarai, Nusa Tenggara Timur di mana saya memberikan pengajaran dan pendidikan kepada masyarakat untuk mengatasi masalah buta aksara di lingkungan saya. Dengan berbagai dinamika intelektual yang sudah saya lalui selama periode perkuliahan, lantas pada akhirnya saya bergulat dengan pertanyaan dilematis diawal, apakah semua ini  hanya untuk memuaskan hasrat intelektual semata, ataukah ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar birahi akademis.
Kontribusi Diri Untuk Negeri
Slogan Diri Untuk Negeri dari Lembaga Pegelola Dana Pendidikan (LPDP) bagi saya menjadi jangkar dari segala gejolak akademis dan pergulatan batin tentang kebermanfaatan saya untuk Negeri. Dengan penuh semangat dan kesadaran akan tanggung jawab sosial, saya melihat beasiswa magister sebagai kesempatan untuk lebih dari sekadar memenuhi hasrat intelektual pribadi. Bagi saya, pendidikan tinggi ini adalah peluang untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi Indonesia. Di tengah dinamika globalisasi, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang akan saya peroleh tidak hanya akan memperkaya diri sendiri, tetapi juga akan saya pergunakan untuk mengatasi tantangan-tantangan kompleks yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Saya merasa memiliki tanggung jawab moral untuk terlibat aktif dalam pembangunan yang berkelanjutan dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi kemajuan bangsa dan negara.
Sebagai seorang lulusan sarjana Pendidikan ekonomi Universitas Sanata Dharma, Saya Hendrikus Nelarse Kremilo menjadi orang pertama di keluarga yang meraih gelar sarjana, suatu kebanggaan karena mampu memperlebar senyuman orangtua sekaligus menjadi tanggung jawab besar agar gelar bukan sekadar tinta diatas kertas tetapi. menjadi pijakan untuk berkontribusi nyata bagi kemajuan masyarakat dan negara. Saya menyadari betapa berharganya kesempatan ini dalam mengembangkan potensi dan memberikan dampak positif dalam bidang pendidikan ekonomi pembangunan, khususnya di daerah asal saya Nusa Tenggara Timur yang masih memerlukan banyak perhatian dalam hal pendidikan dan peningkatan ekonomi.
Sebagai seorang putra daerah Manggarai, menjadi kewajiban saya untuk memberikan kontribusi besar pasca studi , dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana. Semenjak perkuliahan saya sudah terlibat dalam ragam kegiatan community service seperti menjadi pendidik di organisasi nonprofit tingkat lokal yakni  Rumah Baca Petra  bagi anak-anak yang berkemauan untuk belajar secara gratis dan memperoleh pengetahuan untuk membangun negeri. Bersama teman-teman pengurus organisasi Rumah Baca Petra juga berupaya untuk memperluas jangkauan pendidikan  bagi seluruh masyarakat terutama milenial untuk berbagi pengalaman tentang isu-isu sosial, pendidikan dan kemanusiaan.
Disamping itu, sampai saat ini saya juga akan terus aktif menjadi kontributor media online The Columnist, Geotimes, Kompasiana, dan Indonesiana Tempo, untuk menceritakan kecemasan tentang isu-isu pendidikan dan pembangunan ekonomi  yang saat ini masif serta menjadi problematika yang harus diatasi. Opini saya berjudul Utopia Milenial: Kaya 30 Detik di Binomo, Kurikulum Merdeka dan Sekelumit persoalan Tentangnya  serta beberapa tulisan saya lainnya mendapat apresasi dengan jumlah view mencapai sepuluh ribu lebih, serta menjadi tulisan pilihan editor Tempo Indonesiana bulan April 2023.  Intisari dari tulisan ini adalah tidak ada proses singkat untuk mencapai kekayaan material maupun kekayaan intelektual, semua harus ditopang dengan proses panjang yang konsisten.Tentu menjadi suatu kebanggaan tersendiri karena dengan aksi kecil seperti ini saya juga mampu mengakomodasi dan membangun opini masyarakat tentang pentingnya isu-isu seputar pendidikandan  pembangunan ekonomi berkelanjutan
Isu seputar manajemen pendidikan, merupakan masalah akar rumput di Indonesia. Hal itu sejalan dengan tantangan besar yang dihadapi Indonesia saat ini, Dimana dari aspek pendidikan melansir situs Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMDIKBUD) tantangan utama dalam pendidikan saat ini adalah mencapai kesetaraan dan inklusi, meningkatkan kualitas pembelajaran, serta meningkatkan efisiensi sistem pendidikan. Â
Pasca Studi Jadi Apa?