Uang memiliki pelbagai macam makna dalam kehidupan sosial, Uang juga dapat memacu setiap orang untuk meningkatkan kapasitas diri, karena tinggi rendahnya nilai uang yang akan dihasilkan, berbanding lurus dengan kualitas diri seseorang. Hasil karya/ usaha seseorang dapat dihargai dengan jumlah besarnya uang yang dihasilkan.Â
Namun uang juga memberikan implikasi buruk dalam kehidupan, eksistensi uang membuat meningkatnya sinisme dan sikap acuh. Sinisme terjadi ketika aspek tertinggi dan terendah dari kehidupan sosial diperjualbelikan, direduksi menjadi alat tukar umum (uang). Sehingga kita bisa "membeli" kecantikan, kebenaran, ataupun kecerdasan semudah membeli cemilan.
Dengan kondisi seperti ini apapun bahkan siapapun memiliki  standar harga yang ditetapkan dengan satuan nominal tertentu, miris bukan? Ini hanya secuil fakta yang memang sampai saat ini masih terjadi.Sehingga tidak heran jika banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan uang dengan cara apapun, termasuk dengan cara yang salah.
Saat ini banyak kasus-kasus kemanusiaan seperti human trafficking,aborsi, dan sebagainya dengan dalih masalah uang sebagai penyebab, sebut saja  salah satu kasus di Tangerang Selatan, seorang ibu rumah tangga, SI (27). Dia harus berurusan dengan polisi karena menggugurkan janin dalam kandungannya.Â
Aksinya ketahuan , karena  janin yang dibuang pelaku di tempat sampah toilet Mal, tempatnya bekerja dilaporkan ke Polsek Pagedangan. perbuatan nekat SI terhadap janinnya itu, dilatarbelakangi kekhawatiran pelaku tidak mampu membiayai kehidupan sang bayi akibat himpitan ekonomi yang keluarganya alami (Merdeka.com).
Bukan Tujuan Akhir
Pada akhirnya kita dihadapkan pada pertanyaan reflektif, tentang makna uang terhadap diri kita, apakah uang sebagai sarana mencapai tujuan atau justru sebagai tujuan akhir dari diri kita. Konsep yang perlu dibangun sebetulnya tentang makna uang adalah sifatnya sebagai sarana mencapai tujuan.Â
Sebagai benda, uang mengobjektifikasi, serta mengkalkulasi atas nilai benda-benda lainnya. Wujud penghargaan uang terhadap benda adalah price. Benda-benda yang dipertukarkan, semakin langka dan besarnya pengorbanan, semakin tinggi pula harganya.Â
Tetapi uang bukan menjadi tujuan akhir dari hidup kita, karena jika demikian kita justru hanya membangkit kepercayaan baru dan mendewakan uang sebagai suatu agama baru. Sebab uang hanyalah secarik kertas bukan yang maha kuasa.Di akhir kata, sebelum saya membuka bungkusan indomie untuk direbus, saya hanya mau mengingatkan kita dengan adagium kuno yang cukup terkenal, uang bisa membeli segalanya, tapi uang bukanlah segalanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H