Keduanya tak pernah dilepas pisahkan dalam situasi apapun, karena teori atau pikiran menuntun kita untuk bertindak dengan meminimalkan konsekuensi kerugian, sedangkan tindakan mengarahkan kita untuk berjalan sesuai instruksi pikiran. Namun yang menjadi kritik dari kedua kelompok ini adalah, kaum teoritis cenderung minim tindakan, sedangkan kaum praktis bertindak tanpa dasar pikiran yang kuat, alhasil ketika kedua hal ini berjalan terpisa-pisah tentu akan sangat merugikan individu dalam menghadapi suatu problematika.
Sebetulnya pergumulan kedua kelompok ini, bukan suatu persoalan, hanya perbedaan sudut pandang yang kemudian di kompor oleh beberapa pihak demi kepentingan tertentu. Dalam banyak kesempatan saya pribadi pun terkadang mengalami masalah justru karena pikiran dan tindakan saya tidak sinkron, tergesa-gesa untuk bertindak, tanpa memikirkan konsekuensi terburuk dari suatu keputusan membuat timbul persoalan baru, dan jika terlalu berpikir terutama dalam situasi yang mengharuskan kita untuk segera bertindak juga membuat keputusan kita menjadi serba salah
Konsolidasi Pikiran dan Tindakan
Yah, pada akhirnya harus diakui, tak ada yang dibenarkan maupun disalahkan dari kedua kelompok ilmu pengetahuan modern ini, semuanya bermuara pada perbedaan sudut pandang dalam menyikapi urgensitas persoalan atau keadaan yang mengharuskan untuk sesegera mungkin berpikir dan bertindak.
Selain itu, baik pikiran maupun tindakan memiliki porsi yang berbeda dalam konteks tertentu, tergantung sejauh mana keadaan tersebut bertalian dengan pikiran atau tindakan, jika suatu konteks situasi mengharuskan seseorang untuk cenderung berpikir maka porsi terbesar diserahkan pada pikiran. Misalnya pada saat ujian, tentu yang diutamakan adalah bagaimana siswa menjawab soal-soal melalui construct teori dan pemahaman yang sudah diajarkan.
Sebaliknya ada situasi yang mengharuskan seseorang untuk lebih banyak bertindak ketimbang berpikir, misalnya ketika mencuci pakaian, tentu porsi terbesar adalah pada tindakan.
Jadi niat baik, yang saya ditawarkan sebagai mahasiswa yang berakal sekaligus pengangguran yang doyan melamun, adalah kekayaan teoritis,intelektual maupun keterampilan tindakan harus ditanamkan pada diri setiap insan yang membaca gagasan ini, karena tindakan yang didasari atas pikiran yang luhur akan menghasilkan konsensus yang juga bernuansa positif.
Akhir kata ,tanpa memihak salah satu kelompok, saya dengan hati bersih dan pikiran yang jernih mengakui bahwa saya adalah seorang “kutu buku” dan juga “tukang ngopi”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H