Meluangkan waktu untuk sejenak hening dan melepas penat, sembari mendongak ke langit dan memohon berkat  sekaligus mengucap syukur atas keagungan Tuhan mungkin jarang dilakukan kebanyakan orang, termasuk saya. Saat bangun pagi, tubuh belum siap sepenuhnya.
Pikiran masih setengah melanglang buana di alam mimpi, sebab pagi itu liar. Belum jinak. Setidaknya harus mempersiapkan diri selama semenit untuk keluar dari masa hibernasi selama tidur semalaman.
Pagi-pagi sekali.Saya terbangun, kesadaran belum sepenuhnya timbul, tubuh  masih memaksakan diri untuk terus tertahan dalam belaian selimut yang hangat,jiwa pun seolah enggan untuk bersemangat bangun. Tapi dengan setengah kesadaran itu saya terbangun dan menuju kamar mandi untuk buang air kecil.Â
Suasana pagi di kosan masih sepi, para tetangga kamar masih pada terlelap.Setelah dari toilet, saya membikin secangkir kopi dengan takaran khusus sesuai  selera , karena dipercaya kandungan kafein dalam kopi mampu membangkitkan kesadaran dan adrenalin  untuk bisa terus tersadar, itu secuil ilmu yang  saya dapatkan saat duduk di bangku SMP,kebenaran yang sudah dianggap benar walau  masih bias.
 Kemudian saya duduk didepan teras kos berukuran sempit, namun masih cukup nyaman untuk  seorang  pengangguran terselubung .Gemerisik dedaunan yang dibawa angin ditambah udara pagi yang dingin, masuk dan menembus pori-pori kulit, menjadi stimulus bagi bulu-bulu badan  untuk berdiri serentak.
Saya lalu menyeruput kopi pada putaran pertama, untuk menghilangkan kedinginan yang sudah menguasai tubuh , sejenak tak ada suara apa-apa.Hening. Lantas pikiran saya terbawa pada kekaguman tentang betapa indahnya dunia ciptaan Tuhan ini.
 "Kok bisa ya, saya masih hidup sampai saat ini?"Â
Saya membayangkan betapa lebih mengagumkannya,jika  Tuhan membisikan sesuatu yang mampu menjelaskan alasan mengapa saya harus mengagumi semua ciptaan ini.
Menghargai Tuhan dan Ekosistem
Lamunan saya kemudian sirna, tatkala suara bising kendaraan dan asap knalpot motor yang mengepul  di jalanan, padahal masih pagi sekali, orang-orang sudah berburu waktu, entah menuju tempat kerja,sekolah,pabrik, pasar, dan sebagainya. Tentu ini merupakan sebuah kewajaran, mengingat Yogyakarta merupakan salah satu kota tersibuk di pulau jawa.Â
Hilir mudik kendaraan,mulai meramaikan teduhnya pagi ini. kendaraan yang mulai ramai,memunculkan kepulan asap hitam, yang cukup mengganggu,kemudian saya melihat salah seorang warga membakar sampah pagi-pagi buta di bawah sebuah pepohonan beringin depan kos saya, beberapa helai daun jatuh berguguran, beberapa berwarna coklat.Â
Saya membayangkan betapa memilukan nasib tumbuhan dikota-kota besar ini, selain polusi  asap kendaraan, pembakaran sampah membuat tumbuhan perlahan mulai meranggas.
Terkadang manusia itu gila mereka menyembah Tuhan yang tidak nyata, tetapi merusak alam ciptaan Tuhan yang nyata, untuk apa ber-Tuhan jika sifat-sifat eksplotatif kita masih ada, memandang alam sebagai bagian yang terpisah, sama halnya dengan meragukan Tuhan.Â
Baru-baru ini, ilmuwan NASA melakukan aksi demo di Inggris untuk memberitahu pemerintah dan dunia bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja dan membutuhkan pertolongan.
Mereka mengatakan bahwa manusia hanya memiliki waktu 3-5 tahun saja untuk memperbaiki kondisi bumi, terutama dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, sebelum bencana besar benar-benar datang dalam waktu dekat.Â
Namun suara mereka, seolah sekadar hanya sebuah peringatan semata, padahal mereka memahami betul konsekuensi ekologis yang ditimbulkan jika lingkungan terus dieksploitasi.
Terkadang masalah besar manusia adalah memandang alam bukan sebagai pusat ekosistem, orang-orang cenderung merasa berhak mengontrol alam, asalkan punya protokol perizinan, yang membentengi mereka untuk berlaku disruptif terhadap alam.Tanpa menyadari bahwa alam adalah satu kesatuan utuh  dengan manusia, tanpa alam manusia bukan apa-apa.
Oleh karena itu, pola pikir semacam ini,pada galibnya harus dirombak dengan  meletakan dasar filosofis yang kuat bahwasannya alam dan manusia adalah ekosistem yang saling berhubungan erat dan melengkapi .
Hal itu sejalan dengan pemikiran Arne Naess dan Aldo Leopold ,mereka mempercayai bahwa, karena kemampuan berpikir secara abstrak, kita harus bertanggung jawab terhadap lingkungan.Â
Tidak seperti hewan dengan kemampuan kognitif yang berkurang, kita dapat memikirkan konsekuensi jangka panjang dari berbagai hal dan, oleh karena itu, merupakan keharusan etis untuk melakukan segala yang mungkin berhubungan dengan perawatan ekosistem.
 Jadi,  harmoni dengan alam adalah kunci untuk hidup bersama dengan cara yang benar dan di mana sebagian besar penghuni planet mendapat manfaat dari fakta bahwa evolusi telah menciptakan spesies yang mampu memikirkan segalanya. Alih-alih memfokuskan keprihatinan kita pada aspek dangkal kehidupan sehari-hari, kita harus melihat ke belakang dan melindungi tempat kita berasal.
Harmonisasi Ekologis
Saya meyakini, dimensi spiritual sangat berdampak signifikan terhadap harmonisasi hubungan antar manusia dan alam.Menghadirkan Tuhan dalam melihat dan memperlakukan lingkungan membuat kita terhindar dari sifat-sifat eksploitatif. Merusak ekosistem lingkungan,sama halnya kita mengakui Tuhan, tapi  setengah-setengah.Â
Saya pun demikian, dengan membuang sampah sembarangan, boros pemakaian listrik,membakar sampah di sekitar pepohonan, scrolling sosial media tanpa tujuan yang jelas, dan hal-hal sederhana lainnya yang tanpa disadari kita lakukan ,  mencemari ekosistem, mungkin tidak secara  langsung kita rasakan, akan tetapi ada konsekuensi jangka panjang dari semua tindakan ini.
Oleh karena itu, Â menjadikan dimensi spiritual sebagai pijakan untuk membangun hubungan yang harmonis dengan lingkungan, adalah hal sederhana yang menurut saya bisa kita semua lakukan.menghadirkan Tuhan dalam berelasi dengan lingkungan hemat saya akan membuat kita tidak bertindak destruktif terhadap lingkungan
"Ah, akhirnya sudah jam 9.00"
 Kopi saya sudah dingin, hanya sekali seruput imajinasi saya sudah mengangkasa terlalu jauh.. Udara semakin panas. Waktunya mandi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI