Rico satu-satunya tim putra yang fasih berbahasa Minang. Sebagai putra Minang tulen, kala lidah terasa kaku dan patah-patah berbahasa Indonesia, aku mencari Rico untuk sekadar bercerita. Carito 'andia-andia' berbahasa Minang yang hanya kami saja yang mengerti. Aku sebut itu sebagai proses relaksasi bagi lidah kampunganku. Dan lumayan, sedikit mengobati rasa kangen terhadap kampung halaman.
***
Sebagai Calon Paskibraka (Capaska), kami dibina dalam kehidupan kekeluarga dengan sistem bernama Desa Bahagia. Dipimpin oleh Pak Lurah bagi Capaska putra dan Bu Lurah bagi Capaska putri. Lurah dibantu oleh masing-masing dua perangkat desa.
Elisa Demianus Regoy, nama Pak Lurah kami. Putra asli Jayapura, Papua. Dia aslinya berwibawa. Namun entah mengapa, tiap kali berbicara bikin kami ketawa. Dialek Papua yang membuat dia istimewa.
Pak Lu, panggilan akrab kami untuk Pak Lurah, memiliki dua anggota. Zulfikar utusan Sulawesi Tengah dan Dana utusan Banten. Mereka memimpin kami dengan seksama dan penuh canda tawa.
Bicara medok cirikhas Jogja, itulah Buk Lurah pemimpin capaska putri. Gadis berkulit sangat putih ini namanya Rosana Setyadarma. Ada Putri dari Jawa Tengah dan Annisa dari Banten, yang terpilih menjadi dua anggota perangkat desa.Â
Seluruh perangkat desa ini terpilih pemilihan yang begitu demokratis dengan cara seksama. Sehingga tidak ada protes, ataupun sengketa, apalagi dibawa ke sidang eMKa. Haha...