Di lain kesempatan di sekolah, Bu Marni, wakil kesiswaan kami, ungkapkan rasa syukurnya yang mendalam.
"Ibu bersyukur sekali, Nak," bicara khasnya lembut dan keibuan. "Bagi Ibu ini sangat berharga", lanjutnya dengan mata berkaca.
Aku terharu. Aku merasa belum berbuat banyak. Kepercayaan yang tinggi, justru terasa beban makin berat.
Lain hal dengan Pak Syahruddin MS, kepala sekolah kami yang berkharisma. Pak Un, begitu beliau biasa disapa, dari awal selalu memberi support penuh dan luar biasa. Beliau begitu bersemangat mendorong setiap apa saja yang kuperlukan.
Suatu ketika di upacara bendera, Pak Un menjadi pembina upacara.
"Anak-anak, sekolah kita pantas berbangga," ucapnya dalam amanat upacara di hadapan seluruh siswa. "Riko, salah seorang siswa kita berhasil terpilih menjadi Paskibraka yang akan bertugas di Istana Merdeka. Prestasi beliau ini istimewa karena ini kali pertama siswa madrasah lolos ke tingkat nasional."
Seketika disambut tepuk tangan oleh peserta upacara.
Alamak..., bukan malah bangga, sontak jiwa pemalu awak bergelolak. Awak tak siap dipuji di depan khalayak. Muka merah dan telinga terasa panas, penanda 'alergi' pemalu menyerang jiwa. Salah tingkah.
Meski demikian, sok 'cool' jadi senjata andalan layaknya seorang Paskibraka. Saat berada dalam barisan posisi sikap sempurna, dagu agak diangkat, pandangan lurus ke depan. Seperti apapun suasana hati, anggap saja tidak terjadi apa-apa. Pasang wajah santai dan ujung bibir agak ditarik keluar, tersenyum. Kemudian bernapaslah dengan normal. Hehehe... Dan adegan ini tidak perlu pula dipraktekkan, cukup dibayangkan.
MasyaAllah... semua bisa terjadi hanya karena kehendak Allah Yang Maha Kuasa.
Terimakasih MAN 2 Payakumbuh. Terimakasih Kota Payakumbuh.