"Waalaikumsalam warahmatullah. Ma, seleksi sudah selesai. Alhamdulillah Riko lulus jadi Paskibraka Nasional," tangkasku tanpa basa-basi. Tentunya dengan bahasa khas kampung kami.
"Hah... beneran? Ngga salah? Kali aja masih ada seleksi berikutnya?" tak kusangka jawaban mama.
"Ya bener lah, Ma. Sudah resmi diumumkan."
Mungkin Mama kuatir, aku sedang berhalusinasi lantaran ambisiku demikian tinggi. Perihal sifatku yang satu ini, dia paham sekali.
Mama, meskipun dari awal memberikan dukungan istimewa, namun wajar kalau ia merasa tidak percaya. Sebagai seorang guru di SMA 2 Payakumbuh, ia mengerti persis, SMA mana saja yang biasa mendominasi ajang Paskibraka. Apalagi, madrasah belum masuk  perhitungan. Tidak cukup diandalkan.
~~~
Napasku masih terengah menghadapi situasi tak biasa. Masih belum percaya dengan pengumuman barusan.
Aula Kantor Diknas Propinsi Sumatera Barat penuh khalayak saat pengumuman berlangsung. Para peserta, purna paskibraka dari berbagai kabupaten/kota, pelatih, official khidmat mengikuti acara.
Aku diumumkan terpilih mewakili Sumatera Barat sebagai Paskibraka Nasional. Rasanya panas dingin dan bahagia. Segenap hadirin memberikan ucapan selamat. Ah... kalau sedikit lebay rasanya semacam ajang pemilihan Putri Indonesia. Sayangnya, tak ada mahkota tersemat di kepala.
Laura Luciana, dari Kota Pariaman terpilih menjadi pasangan propinsiku. Aya, begitu nama akrabnya kupanggil. Keberhasilannya istimewa. Ia adalah perwakilan pertama Kota Pariaman yang tahun itu baru berdiri, hasil pemekaran dari Kabupaten Padang Pariaman.
**