"Sekarang nggak ada yang manggil Albee kakak lagi, Ayah", serunya dengan semangat, suatu kali saat percakapan di atas motor itu. "Trus mereka manggil Albee apa?" tanyaku. "Abang...!", jawabnya bangga.
*********************************
Baru lepas sebulan dari 4 tahun usianya, rambut di kepalanya sudah mengalami beberapa kali jatuh bangun dan lika-liku kehidupan (ah...dramatisir). Beberapa bulan pasca lahir rambutnya pernah rontok, kemudian dipotong nyaris plontos, setelah itu beberapa bulan hampir tidak tumbuh atau bertambah panjang. Setelah pangkas yang kedua tiba-tiba tumbuh panjang dan menjadi kriwil, bagai mie instant kesukaan bundanya itu.
Hingga beranjak lebih dari usia 3 tahun, dia sayang sekali dengan rambut kriwilnya. Ngotot tidak mau dipotong. Walau sebenarnya dia risih tiap kali menjadi perhatian khalayak ramai, utamanya ibu-ibu yang dia temui di jalan. "Iiiih.. lucu rambutnya.., 'kakak' cantik yaa.. usianya udah berapa tahun dan blablabla..." Kami senang saja, sembari menebar senyum menyambut sapaan ramah itu. Namun dia terlihat menggerutu kesal sekali, "Albee nggak suka diliatin, nggak suka dipanggil 'kakak'...!!!" Kakak, karena dia anggap panggilan itu adalah untuk anak perempuan.
Kami semua suka dengan rambut kriwilnya. Bahkan Ayai, panggilan untuk mama mertuaku, adalah yang paling keberatan jika rambut cucu pertamanya itu dipotong. Kecuali Atuk, begitu dia panggil papaku, lebih mendambakan cucunya berpenampilan rapi dan klimis. Walaupun aku tau, dimasa muda, Atuknya itu pernah memelihara rambut kribo mengikuti trend di jaman itu. Tiap kali video call, Atuk tak lupa tanya pada cucunya itu, "Kapan rambut Albee dipotong?"
Suatu kali kami berada di kampung halaman kami di sebuah negeri kecil di Sumatera Barat. Lokasinya jauh dari ibukota propinsi. Masyarakatnya ramah, selalu ada tegur sapa saat bertemu masyarakat, baik kenal maupun tidak. Â Nah di kampung, sapaan 'kakak' dan 'neng' ternyata masih didengarnya. Padahal masih menjadi momok yang mengesalkan baginya. Peristiwa itu terjadi dalam satu hari yang sama. Awalnya, usai shalat Subuh. Seorang bapak yang bertugas sebagai imam masjid menghampirinya untuk bersalaman dan menyapa, "Wah... 'neng' pintar yaa.. dan blablabla...". Sudah kuduga, dalam perjalanan pulang dia menggerutu. Panggilan 'neng' itu dibahasnya, dia ngomel sejadinya..
Siangnya, kami ikut Atuk dan Nenek, ta'ziyah ke rumah keluarga yang baru meninggal. Seorang ibu mendekati dan menyapa, "Eh kakak lah sakola? lah kelas bara...? (Kakak sudah sekolah? sudah kelas berapa?)". Langsung saja dia mengadu sambil berbisik pada bundanya. "Albee dipanggil kakak, Nda..., Albee nggak suka."
Segera saat perjalanan pulang, Atuk yang memang ingin rambut cucunya rapi dan pendek itu, seperti memperoleh kesempatan, Atuk berusaha membujuk, "Albee mau ya rambutnya dipotong?". Spontan dia jawab "Mau... biar nggak dipanggil 'kakak' lagi".
Di depan, pangkas rambut di pinggir jalan itu, Atuk belokan mobil dan parkir. Segera setelah ngobrol dengan tukang cukur, rambutnya dipangkas. Matanya nyaris tak berkedip, memperhatikan setiap gerakan gunting sang pemangkas. Akhirnya selesai. Rambut kriwil legendaris itu, pendek sudah... hehe
"Rambut Albee sudah dipotong lho..." katanya dengan bangga, tiap kali bertemu orang-orang.Â
Magrib hari itu juga, semangatnya untuk ikut shalat di masjid begitu menggebu. Aku sedikit heran, namun tak komentar apa-apa. Segera setelah shalat Rawatib, dia berbisik di telingaku, "Ayah, Albee mau salaman sama Bapak itu." Menunjuk ke arah imam. Beliau imam yang sama dengan shalat subuh. Aku mengiringinya bersalaman, dan dia langsung ngobrol dengan pak imam , "Rambut Albee udah dipotong lho, sekarang sudah kayak cowok..." hehehe.. Aku tersenyum melihat tingkahnya. "Pantes... ini anak ngotot ikut ke mesjid, ternyata mau unjuk rambut barunya pada Pak imam", batinku.
Nah.. suatu pagi, di seputaran kediaman kami di daerah Depok. Kami bertiga menuju warung penjual sayur, untuk membeli beberapa perlengkapan dapur. Aku dan istriku berjalan kaki, sementara Albee bersepeda tepat di depan kami. Dia berbaju kaos setelan celana pendek. Tiba-tiba seorang Bapak yang tak kami kenal menyapa ramah. "Hai 'Neng', mau main kemana nih?", sapanya. Sontak aku dan istri saling tatap. Pikir kami, "Dengan rambut dan penampilan cowok begini masih aja dipanggil 'neng'". Kami diam, seolah menunggu respon anak lelaki kami di atas sepeda itu. Ternyata dia cuek, tidak merespon apa-apa dan meneruskan kayuh sepedanya. Kami tersenyum lega. "Aduh.. Pak, hampir saja kau merusak mood anakku hari ini...", gumamku dalam hati.
-Ayah Albee-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H