Mohon tunggu...
Hendrik Munthe
Hendrik Munthe Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Sadarlah bahwa dalam ketidaktahuan, terbuka lebar ruang bagi segala kemungkinan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Melindungi Kesehatan Mental dari Orang Toksik

22 November 2024   19:00 Diperbarui: 22 November 2024   19:17 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya menghadapi provokasi dari orang yang negatif atau toksik, saya memilih untuk mengabaikannya, dan ini bukan tanpa alasan. Dari sudut pandang psikologis, strategi ini didukung oleh prinsip-prinsip yang mendukung kesehatan mental dan emosional.

Pertama, teori penguatan (reinforcement) dalam psikologi menunjukkan bahwa merespons perilaku negatif, bahkan dengan kemarahan atau pembelaan, dapat memperkuat perilaku tersebut. Ketika seseorang yang toksik mendapat reaksi emosional dari saya, mereka mungkin merasa "dihadiahi" karena usahanya berhasil. Sebaliknya, dengan tidak merespons, saya memutus lingkaran penguatan itu. Lama-kelamaan, mereka akan menyadari bahwa provokasi mereka tidak efektif dan kemungkinan besar akan berhenti.

Selain itu, dari perspektif psikologi emosi, merespons provokasi seringkali memicu respons "fight or flight" dalam otak kita. Ini berarti kita lebih mungkin bereaksi secara impulsif daripada secara rasional. Dengan mengabaikan, saya memberi otak saya waktu untuk tetap tenang, menghindari eskalasi, dan memproses situasi dengan kepala dingin. Saya menjaga keseimbangan emosional saya alih-alih membiarkan orang lain mengendalikannya.

Menurut teori keseimbangan energi mental, energi yang kita miliki setiap hari terbatas. Menghabiskannya untuk orang-orang toksik adalah kerugian besar yang dapat mengganggu fokus saya pada hal-hal yang lebih produktif. Dalam jangka panjang, terus-menerus terlibat dalam konflik seperti ini bisa menyebabkan stres kronis, yang berkontribusi pada masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.

Dari sudut pandang kognitif-behavioral therapy (CBT), mengabaikan adalah langkah aktif dalam melatih pikiran saya untuk tidak terpaku pada hal-hal yang tidak dapat saya kontrol. Saya tidak bisa mengontrol apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain, tetapi saya bisa mengontrol bagaimana saya meresponsnya. Dengan mengabaikan, saya menunjukkan bahwa saya memprioritaskan kesejahteraan saya sendiri daripada membuang waktu mencoba mengubah perilaku mereka.

Akhirnya, ada konsep self-compassion atau belas kasih pada diri sendiri, yang diungkapkan oleh psikolog Dr. Kristin Neff. Mengabaikan orang toksik adalah bentuk kasih sayang terhadap diri sendiri karena saya memilih untuk tidak membiarkan energi negatif mereka merusak ketenangan batin saya. Ini adalah tindakan menghargai diri sendiri, sesuatu yang penting untuk kesehatan emosional dan kebahagiaan saya.

Melalui pemahaman ini, saya semakin yakin bahwa mengabaikan adalah langkah yang paling bijak. Tidak hanya saya melindungi kesehatan mental saya, tetapi saya juga menolak memberikan kendali emosional saya kepada orang lain. Dan pada akhirnya, itu membuat saya lebih kuat, lebih damai, dan lebih bebas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun