Saya sering berpikir tentang kebebasan. Kata itu terdengar indah, seperti udara segar yang mengisi paru-paru, seperti langit terbuka tanpa batas. Namun, semakin saya melihat dunia di sekitar saya, semakin saya menyadari bahwa kebebasan yang kita klaim sebagai hak asasi ini sebenarnya hanyalah ilusi.Â
Kita hidup dalam sistem yang, tanpa kita sadari, telah menciptakan bentuk perbudakan modern yang begitu kompleks, tersembunyi di balik kehidupan sehari-hari yang tampaknya normal.
Setiap pagi, saya bangun dengan perasaan yang sama. Rutinitas yang tidak pernah berubah, pekerjaan yang terus-menerus mendesak, dan tanggung jawab yang tak pernah berakhir. Saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup saya, tetapi sering kali saya bertanya-tanya, apakah saya benar-benar hidup?Â
Saya terikat pada pekerjaan saya, pada tagihan yang harus dibayar, pada utang yang harus dilunasi, dan pada standar yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Saya merasa seperti roda kecil dalam mesin besar yang terus bergerak tanpa henti, tanpa pernah benar-benar tahu ke mana mesin ini akan membawa saya.
Saya melihat orang-orang di sekitar saya, dan mereka pun tampak sama. Mereka berjuang untuk bertahan, bekerja tanpa henti, dan mengejar mimpi yang sering kali tidak pernah mereka pilih sendiri. Sistem ekonomi global telah menciptakan ketergantungan yang begitu dalam, sehingga kita tidak lagi menyadari bahwa kita sebenarnya adalah bagian dari rantai besar perbudakan ini.Â
Perusahaan-perusahaan besar mendikte cara kita hidup, dari apa yang kita konsumsi hingga bagaimana kita berpikir. Kita dijanjikan kebebasan untuk memilih, tetapi pilihan-pilihan itu sering kali terbatas pada apa yang menguntungkan mereka, bukan kita.
Saya mulai menyadari bahwa waktu saya bukan lagi milik saya. Waktu saya telah dijual, sering kali dengan harga yang murah. Saya bekerja selama delapan hingga sepuluh jam sehari, lima hingga enam hari seminggu, hanya untuk mendapatkan cukup uang untuk bertahan hidup.Â
Bahkan ketika saya tidak bekerja, pikiran saya tetap terikat pada pekerjaan itu. Saya memikirkan tenggat waktu, tekanan, dan harapan yang harus saya penuhi. Saya merasa seperti saya telah kehilangan kendali atas hidup saya sendiri.
Kemudian ada tekanan sosial. Kita diajarkan sejak kecil untuk mengejar kesuksesan, untuk mendapatkan pendidikan yang baik, pekerjaan yang stabil, dan akhirnya, kehidupan yang "bahagia." Tetapi apa arti kebahagiaan itu?Â
Saya sering merasa bahwa kebahagiaan kita telah disandera oleh definisi yang ditetapkan oleh orang lain. Kita membeli barang-barang yang tidak kita butuhkan, hanya untuk merasa bahwa kita termasuk dalam masyarakat. Kita terus berlari, mengejar standar yang selalu bergerak, seperti bayangan yang tidak pernah bisa kita tangkap.
Saya juga tidak bisa mengabaikan fakta bahwa ada orang-orang di dunia ini yang hidup dalam perbudakan yang jauh lebih nyata. Mereka bekerja di pabrik-pabrik dengan upah yang sangat rendah, sering kali dalam kondisi yang tidak manusiawi, untuk memproduksi barang-barang yang kita konsumsi setiap hari.Â
Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki pilihan, terperangkap dalam kemiskinan dan eksploitasi. Saya merasa bersalah ketika saya memikirkan pakaian yang saya pakai, gadget yang saya gunakan, atau makanan yang saya makan, karena saya tahu bahwa di balik semua itu ada penderitaan orang lain.
Perbudakan modern ini tidak hanya tentang pekerjaan atau ekonomi. Ini juga tentang kontrol terhadap pikiran kita. Saya merasa bahwa kita hidup dalam dunia yang penuh dengan informasi, tetapi ironisnya, kita menjadi semakin tidak bebas untuk berpikir sendiri.Â
Media, iklan, dan teknologi telah menjadi alat yang digunakan untuk membentuk cara kita melihat dunia. Kita dibombardir dengan pesan-pesan yang membuat kita merasa tidak pernah cukup baik, tidak pernah cukup kaya, atau tidak pernah cukup sukses. Kita menjadi budak dari kebutuhan untuk terus memperbaiki diri, tanpa pernah benar-benar merasa puas.
Saya sering bertanya-tanya, bagaimana cara keluar dari ini semua? Apakah mungkin untuk benar-benar bebas dalam dunia seperti ini? Saya mencoba untuk mencari cara untuk hidup lebih sederhana, untuk melepaskan diri dari kebutuhan akan barang-barang materi, dan untuk lebih fokus pada hubungan dan pengalaman yang benar-benar berarti.Â
Tetapi bahkan itu terasa sulit, karena sistem ini telah mencengkeram begitu dalam hingga sulit untuk melepaskan diri sepenuhnya.
Saya juga berpikir tentang generasi yang akan datang. Apakah mereka akan hidup dalam dunia yang lebih bebas, atau apakah mereka akan terperangkap dalam bentuk perbudakan yang lebih canggih? Teknologi terus berkembang, dan dengan itu, kontrol terhadap hidup kita semakin kuat.Â
Saya khawatir bahwa kita sedang menuju dunia di mana kebebasan akan menjadi sesuatu yang hanya ada dalam buku sejarah, sebuah konsep yang kita ingat tetapi tidak lagi kita alami.
Namun, saya percaya bahwa ada harapan. Saya percaya bahwa dengan kesadaran dan keberanian untuk mempertanyakan sistem ini, kita bisa mulai menciptakan perubahan.Â
Kita bisa mulai dengan menghargai waktu kita sendiri, dengan melawan tekanan untuk selalu sibuk, dan dengan mencari kebahagiaan dalam hal-hal yang sederhana. Kita bisa mendukung mereka yang berjuang melawan eksploitasi, dan kita bisa memilih untuk hidup dengan lebih sadar, tidak hanya sebagai konsumen tetapi juga sebagai manusia.
Saya tidak tahu apakah saya akan melihat perubahan besar ini dalam hidup saya, tetapi saya ingin percaya bahwa kita sedang menuju ke arah yang lebih baik.Â
Saya ingin percaya bahwa kita bisa menciptakan dunia di mana kebebasan benar-benar berarti, di mana tidak ada lagi yang harus hidup sebagai budak, baik secara fisik maupun mental. Dan untuk itu, saya berjanji kepada diri saya sendiri untuk terus berjuang, untuk terus berbicara, dan untuk terus berharap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H