Pengejaran kekayaan yang tak kenal lelah oleh Carnegie harus dibayar dengan harga yang mahal. Ia terkenal karena kekejamannya dalam mengeksploitasi para pekerjanya, membayar mereka dengan upah yang sangat kecil tapi disaat yang sama menuntut mereka bekerja dengan durasi jam kerja yang panjang dan dalam kondisi lingkungan kerja yang berbahaya.
Aksi mogok dan aksi demo pekerja di Homestead pada tahun 1892, yang mengakibatkan kematian sembilan pekerja pabrik dan tujuh penjaga Pinkerton, adalah bukti nyata tentang besarnya harga yang harus dibayar dalam perjalanan Carnegie mengejar kekayaan.
Filantropi dan Penebusan Dosa
Akan tetapi Carnegie mengambil langkah drastis pada tahun 19010. Carnegie menjual perusahaan bajanya kepada JP Morgan seharga $480 juta, menjadikannya orang terkaya di dunia. Dia kemudian pensiun dari dunia bisnis dan mendedikasikan hidupnya untuk kegiatan filantropi, menyumbangkan lebih dari $350 juta untuk berbagai kegiatan amal, termasuk pembangunan lebih dari 2.500 perpustakaan dan pendirian Carnegie Corporation.
Perubahan yang drastis dan tiba-tiba ini tentu saja kemudian menimbulkan pertanyaan tentang motivasi Carnegie dan harga  sebenarnya dari kesuksesan yang diraih Carnegie selama ini.
Kesimpulan penulis
Kehidupan Andrew Carnegie adalah paradoks kontradiksi. Dia adalah seorang pengusaha kejam yang tanpa belas kasihan mengeksploitasi para pekerjanya, namun di sisi yang lain, dia juga adalah seseorang yang dermawan yang menyumbangkan sebagian besar kekayaannya untuk kepentingan amal.
Warisannya adalah pengingat untuk kita, bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari kekayaan, tetapi dari dampak yang kita berikan pada dunia di sekitar kita. Saat kita merenungkan perjalanan hidup Andrew Carnegie, kita dibuat bertanya-tanya perihal motivasi di balik semua tindakannya dan makna kesuksesan yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H