"Lupakan saja perkenalan ini. Ini bukan tidak berarti, hanya saja tidak akan berhasil."
"Apakah begitu?"
"Selalu begitu. Sejauh ini kita tidak konsisten, kau dan aku, seperti burung tak bersarang."
"Oh!"
"Ini mengesalkan. Tapi cukuplah, tidak perlu lagi kita berdebat kan?"
"Oh...!"
"Bagaimana pun kebahagiaan bukan sekdar uang."
"Ha?"
"Tapi bila telah berpisah, biarkan anak-anak memilih, aku atau kau."
"Aku, ibu mereka."
"Aku, ayah mereka."
"Aku akan panggil pengacara hebat."
"Aku akan gunakan uangku."
"Kau egois!"
"Kau juga egois!"
Di balik pintu kamar utama, Arok menguping perdebatan kedua orang tuanya itu. Dia terhenyak. Matanya melotot. Bibirnya bergetar. Dadanya panas. Rasa-rasanya nadi-nadinya hendak meledak satu-satu. Arok kemudian pergi tergesa dengan tubuh bergetar. Melangkah gontai ke kamar adiknya.
"Ayah dan ibu sudah memutuskan..."
"Putuskan apa?" Arda mendengar dengan serius.
"Kita akan digadaikan."
"Hah?"
"Di meja pengadilan."
"Hah?"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI