Dengan Surgaisme, masyarakat menandai kelompok politis tertentu sebagai kaum suci, bersih, tidak pernah salah, dan layak untuk diperjuangkan.
Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya, di mana ada surga, di situ ada neraka. Di sisi lain, ada juga kelompok yang dianggap sebagai kaum jahat, kotor, curang, dan menjadi sumber dari segala masalah.
Praktik ini menimbulkan masalah baru di kalangan masyarakat karena individu yang kedapatan mendukung kelompok neraka dapat mengalami penolakan dari masyarakat sebagai konsekuensi sosial dari preferensi politiknya tersebut.
Tindakan semacam ini, jika terus dibiarkan dapat dapat menimbulkan dikotomi di masyarakat yang pada akhirnya  menyebabkan disintegrasi bangsa.
Disintegrasi merupakan suatu ancaman serius bagi suatu bangsa, terutama bagi Indonesia yang memiliki keragaman budaya, etnis, dan agama.Â
Sebagai penutup dari tulisan ini, izinkan saya menekankan pesan agar kita tidak membiarkan perbedaan dalam pilihan politik memecah belah bangsa kita yang besar dan penuh potensi ini.Â
Lagipula, dalam politik, tidak ada kubu yang sepenuhnya bersih dan sepenuhnya kotor. Semua pihak bertindak sesuai kepentingan mereka masing-masing.
Jangan anggap Pemilihan Presiden sebagai sebuah ajang untuk memilih malaikat utusan Tuhan, sebab yang kita pilih adalah manusia biasa yang barang pasti memiliki kelebihan serta kekurangan.
Jangan anggap jagoan politik kita sebagai nabi yang akan membawa pencerahan bagi umat manusia. Mereka manusia biasa yang juga memiliki syahwat yang kita tidak ketahui sepenuhnya.