Mohon tunggu...
Hendrika
Hendrika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

A lifelong learner

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surgaisme dan Nerakaisme dalam Politik Indonesia

11 Februari 2024   21:00 Diperbarui: 11 Februari 2024   21:04 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi surga dan neraka(Freepik.com)

Dengan Surgaisme, masyarakat menandai kelompok politis tertentu sebagai kaum suci, bersih, tidak pernah salah, dan layak untuk diperjuangkan.

Ilustrasi kelompok surga pada Pemilihan Presiden 2019(Antara/Rivan Awal Lingga via Republika)
Ilustrasi kelompok surga pada Pemilihan Presiden 2019(Antara/Rivan Awal Lingga via Republika)

Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya, di mana ada surga, di situ ada neraka. Di sisi lain, ada juga kelompok yang dianggap sebagai kaum jahat, kotor, curang, dan menjadi sumber dari segala masalah.

Praktik ini menimbulkan masalah baru di kalangan masyarakat karena individu yang kedapatan mendukung kelompok neraka dapat mengalami penolakan dari masyarakat sebagai konsekuensi sosial dari preferensi politiknya tersebut.

Tindakan semacam ini, jika terus dibiarkan dapat dapat menimbulkan dikotomi di masyarakat yang pada akhirnya  menyebabkan disintegrasi bangsa.

Disintegrasi merupakan suatu ancaman serius bagi suatu bangsa, terutama bagi Indonesia yang memiliki keragaman budaya, etnis, dan agama. 

Sebagai penutup dari tulisan ini, izinkan saya menekankan pesan agar kita tidak membiarkan perbedaan dalam pilihan politik memecah belah bangsa kita yang besar dan penuh potensi ini. 

Lagipula, dalam politik, tidak ada kubu yang sepenuhnya bersih dan sepenuhnya kotor. Semua pihak bertindak sesuai kepentingan mereka masing-masing.

Ilustrasi kelompok neraka pada kasus Ahok 2017(bengkuluexpress.com)
Ilustrasi kelompok neraka pada kasus Ahok 2017(bengkuluexpress.com)

Jangan anggap Pemilihan Presiden sebagai sebuah ajang untuk memilih malaikat utusan Tuhan, sebab yang kita pilih adalah manusia biasa yang barang pasti memiliki kelebihan serta kekurangan.

Jangan anggap jagoan politik kita sebagai nabi yang akan membawa pencerahan bagi umat manusia. Mereka manusia biasa yang juga memiliki syahwat yang kita tidak ketahui sepenuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun