Belakangan kemudian diketahui bahwa Arsene Wenger fasih berbicara dalam enam bahasa. Selain bahasa Perancis sebagai bahasa asalnya, Wenger juga lancar berkomunikasi dalam bahasa Jerman, Inggris, Italia, Spanyol, dan bahkan bahasa Jepang.
Hal ini banyak membantunya dalam mengkomunikasikan ide-ide sepak bolanya.
Keraguan-keraguan yang disebutkan akhirnya terjawab dengan revolusi yang Arsene Wenger bawa ke klub yang dikenal dengan julukan "The Gunners".
Lebih dari itu, dampak revolusi tersebut tidak hanya dirasakan oleh Arsenal, tetapi juga oleh industri sepak bola Inggris secara keseluruhan.
Saat membahas perubahan yang Arsene Wenger bawa ke Arsenal, hal pertama yang mencolok adalah perubahan dalam pola makan para pemain.
Mengandalkan pengetahuan yang diperolehnya di Jepang, Wenger mengurangi konsumsi gula, lemak, dan daging dari menu mereka, sambil meningkatkan asupan sayuran.
Tidak hanya itu, Wenger juga mengambil tindakan tegas terkait budaya minum alkohol yang kuat di negara tersebut, di mana para pemain sering kali merayakan kemenangan dengan sebotol bir.
Ia dengan tegas melarang keberadaan botol bir di tiap loker pemain dan mengharamkan para pemainnya untuk minum bersama di bar.
Keputusan ini menunjukkan komitmennya untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan fokus pada performa pemain di atas segalanya.
Pola latihan tim juga mengalami perubahan yang signifikan di bawah arahan Arsene Wenger. Sebagai klub tradisional Inggris yang sering mengandalkan kekuatan fisik, pola latihan yang umum saat itu melibatkan sesi lari dan latihan di gym.
Fokus utamanya adalah agar pemain bisa berlari dengan cepat dan tetap bertahan tegak meski menghadapi tekanan dari lawan.