Mohon tunggu...
Hendri Julian
Hendri Julian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Futsal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg

19 Januari 2025   13:23 Diperbarui: 19 Januari 2025   13:23 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg adalah salah satu teori yang paling berpengaruh dalam psikologi perkembangan yang berfokus pada bagaimana manusia mengembangkan pemahaman tentang moralitas dan pengambilan keputusan moral seiring pertumbuhan usia. Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg (1927-1987), seorang psikolog Amerika yang memperluas teori perkembangan kognitif Jean Piaget dengan lebih mendalam pada aspek moral.

Kohlberg percaya bahwa perkembangan moral terjadi secara bertahap dan berurutan, dengan setiap tahap mencerminkan tingkat yang lebih kompleks dalam memahami benar dan salah. Ia mengkategorikan perkembangan moral menjadi tiga tingkat utama, yang masing-masing terdiri dari dua tahap.

---

Metode Penelitian Kohlberg:

Kohlberg mengembangkan teorinya dengan menggunakan metode dilema moral. Salah satu dilema yang paling terkenal adalah Dilema Heinz:

> Heinz's Dilemma:

Seorang pria bernama Heinz memiliki istri yang sakit parah. Obat yang bisa menyelamatkan nyawanya sangat mahal dan hanya tersedia di apotek tertentu. Heinz tidak mampu membeli obat tersebut, jadi ia mempertimbangkan untuk mencuri obat tersebut demi menyelamatkan istrinya.

Pertanyaan: Apakah Heinz harus mencuri obat tersebut? Mengapa?

Kohlberg tidak hanya memperhatikan jawaban (ya/tidak) tetapi lebih fokus pada alasan di balik jawaban tersebut.

---

Tiga Tingkat dan Enam Tahap Perkembangan Moral Kohlberg:

I. Tingkat Pra-Konvensional (Pre-Conventional)

Usia: Biasanya anak-anak di bawah 9 tahun

Fokus: Konsekuensi langsung dari tindakan

Tahap 1: Orientasi Hukuman dan Kepatuhan (Obedience and Punishment Orientation)

Perilaku moral didasarkan pada menghindari hukuman.

Contoh: Heinz tidak boleh mencuri obat karena ia akan dipenjara.

Tahap 2: Orientasi Hedonis dan Pertukaran (Self-Interest Orientation)

Perilaku moral didasarkan pada kepentingan pribadi dan pertukaran timbal balik.

Contoh: Heinz mungkin mencuri obat karena istrinya akan menyelamatkan hidupnya, yang berarti kebahagiaan bagi Heinz sendiri.

---

II. Tingkat Konvensional (Conventional)

Usia: Remaja hingga dewasa awal

Fokus: Mematuhi norma sosial dan harapan orang lain

Tahap 3: Orientasi "Anak Baik" (Good Boy/Nice Girl Orientation)

Moralitas didasarkan pada keinginan untuk disukai oleh orang lain dan memenuhi harapan sosial.

Contoh: Heinz harus mencuri obat karena dia adalah suami yang baik yang peduli pada istrinya.

Tahap 4: Orientasi Hukum dan Ketertiban (Law and Order Orientation)

Moralitas berfokus pada mematuhi hukum dan menjaga ketertiban sosial.

Contoh: Heinz tidak boleh mencuri obat karena melanggar hukum, dan hukum perlu dihormati agar masyarakat berfungsi dengan baik.

---

III. Tingkat Pasca-Konvensional (Post-Conventional)

Usia: Dewasa, tetapi tidak semua individu mencapai tahap ini

Fokus: Prinsip moral universal yang melampaui norma sosial

Tahap 5: Orientasi Kontrak Sosial (Social Contract Orientation)

Moralitas didasarkan pada prinsip-prinsip yang disepakati bersama dan menghargai hak asasi manusia.

Contoh: Heinz harus mencuri obat karena hak hidup lebih penting daripada hak kepemilikan.

Tahap 6: Prinsip Etika Universal (Universal Ethical Principles Orientation)

Moralitas didasarkan pada prinsip universal seperti keadilan, martabat manusia, dan kesetaraan.

Contoh: Heinz harus mencuri obat karena kehidupan manusia memiliki nilai yang lebih tinggi daripada aturan hukum yang tidak adil.

---

Ciri-Ciri Perkembangan Moral Menurut Kohlberg:

1. Bertahap dan Berurutan: Setiap individu akan melewati tahap-tahap ini secara berurutan, tidak melompat langsung ke tahap lebih tinggi.

2. Tidak Semua Orang Mencapai Tahap Tertinggi: Banyak orang hanya sampai pada tahap konvensional, sementara hanya sedikit yang mencapai tahap pasca-konvensional.

3. Penekanan pada Alasan, Bukan Hasil: Kohlberg lebih memperhatikan alasan di balik keputusan moral, bukan sekadar tindakan yang diambil.

---

Kritik terhadap Teori Kohlberg:

Meskipun teori ini berpengaruh, ada beberapa kritik yang sering diajukan:

1. Bias Gender (Carol Gilligan):

Kohlberg dianggap hanya meneliti laki-laki, sehingga teori ini cenderung mengabaikan cara perempuan dalam membuat keputusan moral yang lebih berbasis pada hubungan dan kepedulian (care ethics).

2. Bias Budaya:

Teori ini cenderung berbasis pada budaya Barat yang menekankan individualisme dan rasionalitas, sementara budaya lain yang lebih kolektif mungkin memiliki pandangan moral yang berbeda.

3. Tidak Memperhitungkan Perilaku Nyata:

Teori ini berfokus pada penalaran moral, tetapi tidak selalu mencerminkan perilaku moral yang sesungguhnya dalam kehidupan nyata.

4. Tahap Terakhir Sulit Dicapai:

Hanya sedikit orang yang benar-benar mencapai tahap 6, yang membuat teori ini dianggap idealis.

---

Aplikasi Teori Kohlberg dalam Kehidupan Sehari-hari:

1. Pendidikan Moral di Sekolah:

Mengajarkan anak untuk memahami alasan di balik peraturan dan pentingnya keadilan.

Diskusi kasus moral seperti dilema Heinz untuk mengembangkan pemikiran moral yang lebih kompleks.

2. Parenting (Pengasuhan):

Membimbing anak untuk memahami konsekuensi tindakan mereka, bukan hanya menghukum.

Menjadi teladan dalam menunjukkan perilaku moral yang positif.

3. Etika Profesi:

Menggunakan prinsip moral universal dalam pengambilan keputusan etis di tempat kerja.

Contoh: Seorang dokter yang memprioritaskan nyawa pasien meskipun ada batasan administratif atau kebijakan yang menghalangi.

4. Peradilan dan Hukum:

Prinsip keadilan universal dapat digunakan dalam merancang kebijakan hukum yang lebih manusiawi.

---

Kesimpulan:

Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg menjelaskan bagaimana manusia berkembang dalam membuat keputusan moral dari tahap yang lebih sederhana (menghindari hukuman) hingga tahap yang kompleks (prinsip etika universal). Teori ini memiliki pengaruh besar dalam bidang pendidikan, psikologi, dan filsafat moral meskipun juga menghadapi kritik atas bias gender dan budaya. Namun, teori ini tetap menjadi landasan penting dalam memahami bagaimana manusia membentuk konsep benar dan salah dalam kehidupan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun