Mohon tunggu...
Hendri Bun
Hendri Bun Mohon Tunggu... karyawan swasta -

www.bunhendri.com; Co-founder PT Mitra Pembelajar; Berpengalaman 15 tahun di industri pelatihan; Points of You Practitioner Certification by POY Singapore; Training for Trainer MBTI by Edutraco; Becoming an Excellent Trainer by PT Mitra Pembelajar; Author ‘505 Game: Dinamika Kelompok untuk Membangun dan Membentuk Tim yang Solid’; Berpengalaman melakukan berbagai pelatihan dengan sejumlah tema: team building, supervisory-leadership, communication, coaching, dan writing; Introvert EKSTRIM yang sukses beradaptasi menjadi Ekstrovert

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hukum Kekekalan Kebaikan

27 Maret 2018   14:27 Diperbarui: 27 Maret 2018   14:34 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke masa sekolah, mata pelajaran Fisika termasuk momok bagi saya. Entah kenapa rasanya susah sekali bagi saya untuk memahaminya. Tidak heran nilai Fisika di raport tidak pernah beranjak dari angka 7 (Ups... ini sebuah pengakuan hehehe). Namun demikian, ada satu hukum yang sampai sekarang nyantol di pikiran saya, dan saya pikir itu juga nyantol di pikiran teman-teman. Yups. Hukum Kekekalan Energi (HKE).

Secara sederhana HKE mengatakan bahwa jumlah energi dari sebuah sistem tertutup itu tidak berubah, ia akan tetap sama. Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan oleh manusia, namun ia dapat berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain. Jumlah energi yang dikeluarkan adalah sama dengan jumlah energi yang dihasilkan. Perubahan bentuk suatu energi dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain tidaklah mengubah jumlah energi secara keseluruhan.

Contohnya kita berteriak. HKE mengatakan energi teriakan yang dikeluarkan tidaklah hilang begitu saja, tetapi dia bertransformasi bentuk menjadi bunyi. Jika kita mengukur jumlah energi yang dikeluarkan untuk berteriak, maka hasilnya adalah sama dengan jumlah energi bunyi yang dihasilkan.

Kejadian yang sama juga berlaku pada perubahan energi batu baterai menjadi terang sinar senter, tenaga drummer menggebuk drum setara dengan kencangnya bunyi drum yang dihasilkan, serta jumlah bensin yang dihabiskan sama dengan jarak tempuh sebuah kendaraan.

Kalau di dunia Fisika ada HKE, secara paralel di dalam hidup juga berlaku sebuah hukum kehidupan yang saya namakan Hukum Kekekalan Kebaikan [HKK]. Prinsip antara HKK dan HKE adalah sama. Proses kerjanya juga sama. Yang membedakannya adalah konteks dan waktunya.

Konteks HKE mengatakan bahwa kebaikan yang pernah kita lakukan tidak akan hilang begitu saja. Kalau kita berbuat baik pada orang lain, maka kebaikan itu akan kembali kepada kita. HKE akrab dengan istilah Tabur-Tuai: apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai.

Kalau kita menabur kebaikan, maka kebaikan jugalah yang akan kita tuai. Bahkan kadang jumlah yang kita tuai tidak sama dengan jumlah yang kita tabur, tetapi sering lebih alias berlimpah. Dan itulah kebaikan yang kekal.

Berbicara mengenai waktu, kalau di HKE perubahan energi terjadi seketika itu juga, maka di HKK kerap tidak terjadi secara instan. Jadi sangat jarang sekali, misalnya hari ini kita menolong orang lain, hari itu juga kita menerima buah dari kebaikan kita. Prosesnya sangat misterius dan kita tidak bisa menebak kapan itu terjadi.

Kalau memang kita terima segera, bersyukurlah karena memang itu bagian kita. Tapi kalau memang belum waktunya, janganlah ngomel, kecewa, marah, trus akhirnya tidak mau berbuat kebaikan lagi. Semuanya berproses.

Secara ekstrim, kadang kita tidak menerima balasan atas kebaikan yang kita lakukan, bahkan sampai kita meninggal. Lantas ke mana hasil HKK? Apakah itu berarti teori HKK gugur? Jawabannya TIDAK. Lho kok bisa? Iya... karena kerap semua kebaikan kita justru dinikmati keturunan kita alias anak-cucu kita.

Pernah alami kejadian seperti ini? Tidak ada angin yang berhembus, tiba-tiba datang kepada kepada kita orang yang berkata dulu kenal dan akrab sama ortu atau kakek kita, lantas mencurahkan kebaikan kepada kita begitu saja. Heran? Jangan, karena itulah Kekekalan Kebaikan :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun