Aku haus ... dan secangkir teh manis hangat pun terseduh dengan manis di depanku. Kusruput sedikit ... waduh, panas. Temanku menertawakanku. Dia pun mengajariku untuk menikmati teh hangat ala angkringan. Dituangnya sedikit teh ke piring kecil sebagan nampan, ditiup-tiup sebentar, kemudian perlahan diminumnya sampai habis. Aku pun meniru caranya, dan ajaib ... sedikit panas pun tidak terasa, malah rasa manis-hangat mengalir dengan nyaman melewati tenggorokanku ...
Puas minum, aku lihat sate. Tapi karena aku tidak suka burung puyuh dan usus, aku pun menyudahi pesta angkring pertamaku.
Sejak itu aku ketagihan nangkring. Di sana selain bisa nikmati indahnya Jogjakarta di malam hari, aku juga bisa bergaul dengan masyarakat yang selama ini jauh dari jangkauanku, bisa memahami mereka, serta mengerti dan mengetahui indahnya dunia masyarakat yang selama ini suka dianggap remeh sebagian orang.
* * *
Istilah angkringan juga sering dipanggil nasi kucing. Aku tidak tahu asal mula kenapa dijuluki itu, namun mungkin karena isinya sedikit, trus lauknya adalah teri [kucing khan suka ikan/teri], makanya dinamakan itu ...
-Hendri Bun
bun.hendri@gmail.com; www.bunhendri.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H