Mohon tunggu...
Hendri Bun
Hendri Bun Mohon Tunggu... karyawan swasta -

www.bunhendri.com; Co-founder PT Mitra Pembelajar; Berpengalaman 15 tahun di industri pelatihan; Points of You Practitioner Certification by POY Singapore; Training for Trainer MBTI by Edutraco; Becoming an Excellent Trainer by PT Mitra Pembelajar; Author ‘505 Game: Dinamika Kelompok untuk Membangun dan Membentuk Tim yang Solid’; Berpengalaman melakukan berbagai pelatihan dengan sejumlah tema: team building, supervisory-leadership, communication, coaching, dan writing; Introvert EKSTRIM yang sukses beradaptasi menjadi Ekstrovert

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Speak Up and Be Counted

25 September 2015   16:05 Diperbarui: 25 September 2015   16:08 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nah, salah satu bagian yang dieksplore di awal-awal pelatihan Speak Up and Be Counted adalah bagaimana berkenalan dengan orang baru. Tidak sebatas itu saja, pelatihan ini juga memberikan sejumlah tips untuk mampu mempertahankan pembicaraan sehingga suasana kaku dan canggung bisa diminimalisasi. Aku pikir tips ini akan berguna bagi orang introvert dalam melawan ketidaknyamanan mereka dalam bersosialisasi dengan orang lain.

Nah, ijinkan aku akan share 5 tips yang dianalogikan dengan simbol-simbol (dalam dunia training metode ini dikenal dengan Stacking). Siap untuk itu?

Pertama, bayangkan di lantai ada sebuah kartu nama raksasa ukuran 2x3 meter. Kemudian di atasnya diletakkan sebuah jam dinding ukuran jumbo. Lalu di atas jam dinding, letakkan sebuah meja kerja sehingga kaca jam dinding tersebut retak. Di pojok kiri meja letakkan sebuah gelas berisi es krim, dan di pojok kanan meja letakkan juga sebuah gelas berisi banyak lalat hijau.

Ok, sudah terbayang 5 benda tersebut? Mereka adalah simbol sejumlah hal yang bisa dipakai untuk mengobrol. Apa arti dari simbol-simbol tersebut?

Pertama: kartu nama. Artinya saat bersosialisasi dengan orang yang baru kita kenal, gunakanlah data-data yang ada di kartu nama sebagai bahan obrolan. Apakah saja yang ada di kartu nama? Tentu saja ada nama, kerja di mana, bagian apa, kantornya ada di mana, dll. Kalau konteks sobat yang belum bekerja, bisa menggantinya dengan kuliah di mana, ambil jurusan apa, kampusnya daerah mana, dll.

Kedua, jam dinding. Artinya carilah bahan obrolan yang berkaitan dengan waktu. Misalnya, sudah berapa lama kerja di Perusahaan A. Atau sudah berapa lama tinggal di kota B. Bisa juga sudah berapa lama pakai kacamata. Sudah berapa lama menikah. Sejak kapan menyukai pete? Sejak kapan ngefans sama MU? Dan banyak pertanyaan sudah berapa lama-sejak kapan lainnya. Jadi ingat jam dinding ingat obrolan berbasis waktu.

Ketiga, meja kerja. Artinya hubungkan hal-hal yang berkaitan dengan job desk sebagai bahan obrolan. Contohnya, seorang culture specialist itu kerjaannya apa sih? Atau kuliah di jurusan DKV itu belajar apa saja? Langkah-langkah apa saja yang dilakukan seorang analis kredit sehingga keluar hasilnya diapprove atau tidak aplikasi calon klien?

Keempat, gelas berisi es krim. Artinya kaitkan obrolan kita dengan hal-hal yang disukai. Es krim-es krim yang bisa diobrolkan bisa berupa hobi, makanan, film, tempat wisata, dll. Yakin deh, kalau ketemu hal-hal yang disukai, maka obrolan bisa menyerempet ke topik-topik lain.

Terakhir gelas berisi lalat hijau. Tentu selain hal yang disukai ada pula hal-hal yang tidak disukai oleh tiap orang. Apa saja topiknya? Sama saja dengan topik hal yang disukai. Bedanya cuma konteksnya saja.

Tentu saja ada syarat supaya obrolan bisa berjalan lancar. Syaratnya adalah harus ada tik-tok alias saling menimpali, bukan model satu arah ala interogasi. Dan yang lebih penting adalah lawan bicara mau diajak ngobrol. Jangan melihat lawan bicara kita sedang asyik baca buku, terus kita tanya-tanya terus. Bisa-bisa kita dijitak sama lawan bicara kita hehehe ...

Pertanyaan penutup. Apakah dalam memulai percakapan harus urut seperti simbol yang ada? Jawabannya tidak. Kalau kita sudah terbiasa, kita bisa masuk dari pintu mana saja. Jadi yang penting adalah latihan-latihan-latihan. Ala bisa karena biasa bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun