Mohon tunggu...
Penjelajah Alam
Penjelajah Alam Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat sosial budaya, politik dan pemerintahan serta aktif di bidang informasi dan komunikasi publik

Sekedar memberikan pandangan, saat perasaan mewajibkan pikiran mencantumkan sebuah kecenderungan untuk memilih berada pada sisi yang jelas, sehingga masih bisa berharap bahwa sesuatu yang mengatur persepsi benar adanya mewakili diri sendiri, bahkan orang lain dan khalayak banyak.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Antisipasi Banjir Segera Tiba, Teknik Ini Mampu Menyerap 20 Juta Kubik Air Hujan Hanya dalam Waktu 1 Jam

30 Oktober 2015   21:01 Diperbarui: 1 November 2015   04:07 4924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lubang pori bumi yang murah dan efesien dapat dibuat dari bahan bambu, ditanamkan dengan jarak titik per- 3 meter dan ke dalam tanah sekitar 1,5 s/d 2 meter atau sampai menyentuh dasar tanah yang keras. Sedangkan untuk fasilitas umum seperti jalan raya dapat digunakan bahan baja stainless yang dapat bertahan lebih lama. Ilustrasi ditampilkan dalam gambar berikut.

Selain pori-pori bumi, Rumput menjalar dengan daunnya yg lebar, efektif mempunyai daya serap (hisap) yang kuat penahan air.
  1. Pipa Baja atau bambu kuning yang telah dibuat berbentuk splasher (spray) ditanam sampai menyentuh tanah dasar di bawah aspal sebanyak mungkin dengan jarak tertentu diletakkan di pinggir kiri-kanan jalan, di atasnya berbentuk lobang saringan agar tidak mudah tersumbat oleh material yg besar. Bahan bambu sebagai alternatif biaya lebih murah dan dapat digerakkan secara massal oleh masyarakat.
  2. Kiri-kanan sebelum saluran drainase, ditanam rumput berdaun lebar yang tumbuh menjalar rapat. efektif sebagai penghisap air.

Tehnik ini sedikit berbeda dengan biopori yang telah lama dilaksanakan banyak pihak. Biopori kurang menjamin ketersediaan lubang tersebut untuk menjamin tetap lancar masuknya air hujan, karena dianjurkan dalam praktek biopori untuk mengisi lubang dengan sampah organik. Biopori yang hanya dibuat dengan cara mengebor tanah tanpa pipa/bambu, rentan akan tertutup kembali oleh guguran dinding lubang tanah.

Dalam biopori yang berisi sampah, isi lubang tentu akan menghambat kecepatan air terserap oleh tanah dalam kondisi hujan deras. Maka dengan menyebutnya sebagai lubang pori bumi, seharusnya lubang harus selalu bersih dari material dan sampah. Bambu adalah solusi yang sangat ekonomis dan dapat menjamin ketersediaan lubang bagi air hujan, dilindungi dengan saringan atas yang bisa setiap waktu dibersihkan.

Dari data yang penulis ketahui bahwa tahun 2015 ini jumlah penduduk DKI Jakarta mencapai 20 juta jiwa lebih.

Dapat dihitung apabila 1 jiwa bertanggung jawab untuk membuat 1 lubang pori, maka dengan hitungan luas lubang pipa/bambu pori bumi yang dibuat seperti ilustrasi di atas sebagai berikut :

  • Luas lubang x 20 juta penduduk = 15cm2 x 20 juta lubang. Dengan kedalaman lubang dihitung minimal 1 meter (100cm) maka hasil volume pori bumi adalah seluas 3 juta meter kubik lubang pori bumi.
  • Apabila 1 lubang bisa menghisap air hujan 1 meter kubik dalam 1 jam maka terdapat 20 juta meter kubik air hujan yang terserap dalam 1 jam.

Bagi Pemerintah seharusnya dapat ditindaklanjuti dengan Perda atau Peraturan Kepala Daerah dalam bentuk Peraturan Serapan Air Hujan sehingga semua fungsi dan kebijakan terkait dapat mendorong aksi ini menjadi kewajiban semua pihak. Misal dalam menerbitkan IMB wajib dengan menyertakan pembuatan lubang pori, pembangunan jalan raya (aspal) juga mewajibkan penyertaan lubang pori, serta dalam hal-hal lainnya.

Perbandingan antara Biopori, Sumur Serapan dan Pori Bumi.

Menurut pandangan penulis, dasar orientasi biopori secara umum bertujuan untuk peningkatan kesuburan lahan, dan pembuatan pupuk organik (kompos) atau yang dikenal dengan istilah intensifikasi lahan pertanian. Biopori tidak secara khusus dimanfaatkan untuk penanganan banjir. Ketika biopori dianggap mempunyai relevansi dengan penyerapan air, maka berkembanglah penggunaan biopori sebagai rekayasa penanggulangan banjir. Namun tidak bisa melepas tujuan utamanya yaitu untuk peningkatan intensifikasi lahan dan pengolahan pupuk organik.

Berikutnya mengenai Sumur Serapan pada masa sekarang ini dirasa sudah kurang relevan untuk dilaksanakan, karena masalah banjir sudah sampai ke kondisi kronis akibat semakin meluasnya permukaan bumi yang tertutup sebagai dampak pembangunan perkotaan. Dulu sumur serapan dibuat dalam ukuran besar dan dalam sekali di satu lokasi, tujuannya untuk mengisi kembali sungai-sungai bawah tanah. Namun efek penyebaran air serapan tidak bisa menjangkau kawasan yang luas selain dari titik-titik sumur serapan itu sendiri.

Maka solusi Pori Bumi ini adalah bermaksud menyebar sumur serapan air hujan dalam bentuk yang lebih praktis, bisa ditempatkan di semua lokasi tanpa tergantung penentuan lahan khusus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun