Tiba sinyo kala kembali terbuka pintu diri, Sekian lama, Usang lusuh berdebu
Setangkai mawar kata diri sambut hangat, Mawar elok berduri dari bibir sinyo, Yang kalian tanam, Dengan masalalu sinyo, Menggugurkan lembaran merah, Melayukan mawar indah
Jatuhkan yang layu dalam tadahan telapak diri, Biarkan diri tampung resah itu, Bersandarlah jika ingin, Biar ku topang sendu sinyo, Telah sinyo lakukan semua walau tidak seutuhnya
Sungguhkah sinyo tiba, Atau sekedar mencuci tangan dari kenangan, Mawar yang melukai telapak tangan lembut sinyo, Lembut yang membuat hati diri jatuh, Jatuh di antah berantah, Tersesat di hutan belantara yang diri suka, Karna tersenyum sinyo
Tersayat telapak diri
Mengapa sinyo bersandar jika tidak betah bersandar, Mengapa sinyo menjemput jika tidak ingin berlayar bersama, Tidak diri salahkan yang sinyo pilih
Kini penghujung tahun, Kelabu langit makin kelabu, Gerimis menuju hujan, Tetapi sepi
Hendrian Syaputra
Pekanbaru, Desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H