Sosok Elon adalah manifestasi seutuhnya dari apa yang disampaikan Sigmund Freud yang mencirikan narcissist sebagai orang yang sangat cocok untuk menjadi pemimpin dan secara unik mampu memberikan stimulus baru bagi perkembangan budaya -- tetapi juga cenderung merusak keadaan yang sudah mapan.
Narcissist, menurut Freud, adalah para pengambil risiko yang bersedia mengambil tantangan besar.Â
Para CEO perusahaan besar seperti Jeff Bezos, Bill Gates, atau Steve Jobs adalah contoh para narcissist yang menjadi sangat sukses dengan memadukan kepercayaan diri dan pengambilan risiko dengan pengembangan dan eksekusi strategi.
Di sisi lain, Elon menyadari bahwa dia memiliki semua yang dibutuhkan untuk menjadi CEO seperti nama-nama tersebut di atas, dan yang sedikit menjadi pembeda adalah semua potensi tersebut bisa dikelola dengan mem-branding diri hingga pada akhirnya Elon secara personal memiliki kemampuan untuk menggiring perilaku pasar sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Kita tentu ingat bagaimana twit-twit Elon tentang crypto currency berpengaruh terhadap volatilitas nilai mata uang crypto tersebut.
Sejak awal karier Elon secara konsisten mencari ruang bagi liputan media yang sebesar-besarnya, jarang absen menghadiri talkshow televisi, aktif di media sosial, dan lain-lain, di mana semua itu disiapkan sebagai "panggung" untuk mengeksploitasi narsisme Elon secara maksimal karena memiliki daya dorong kuat terhadap pasar.
Tahun 2006 Elon pernah mengirimkan email kemarahan ke karyawan Tesla karena kurangnya perhatian pers. Pada satu titik, kurangnya perhatian ini membuatnya merasa "sangat terhina".
Saat itu Elon sangat terpengaruh oleh kurangnya pengakuan sehingga dia mengancam akan memecat anggota senior tim Tesla jika dia tidak mendapatkan lebih banyak liputan pers.
Elon sebenarnya dengan sadar menyuguhkan sebuah anomali tentang bagaimana seseorang yang memiliki sisi kepribadian narsis kemudian bisa mengkapitalisasi narsisme tersebut dengan strategi pengelolaan bisnis yang mengedepankan identitas personal sebagai kekuatan pendorong yang utama, sebut saja namanya personally-driven businesses atau narcism-driven businesses.
Atau dengan kata lain, semua potensi yang dimiliki Elon kemudian dibungkus dengan narsisme lalu menjadikannya instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan korporasi.
Begitu juga, menurutku, yang dilakukan Elon pada saat mengakuisisi Twitter, sebuah media sosial old fasion yang hanya bisa diisi 180 karakter tulisan dan gambar-gambar. Itu saja.