Mohon tunggu...
Hendri Muhammad
Hendri Muhammad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Welcome Green !! Email: Hendri.jb74@gmail.com

... biarlah hanya antara aku dan kau, dan puisi sekedar anjing peliharaan kita

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Antara Monas dan Menara Eiffel dalam Balutan Revitalisasi

12 Februari 2020   19:40 Diperbarui: 24 Februari 2020   23:07 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spot Renang di Sungai Seine. Sumber: news.theceomagazine.com

Kota Paris tengah bersolek; tidak sekadar ingin mempercantik diri, tapi berbenah sana-sini untuk mengubah wajah kota hingga menjadi berbeda, seperti terlahir kembali, sehingga memungkinkan para pengunjung yang terakhir kali ke Paris sebelum 2020 akan pangling melihat wajah kota yang "baru" saat kembali di 2024.

Ada apa dengan Kota Paris di 2024? Tulisan ini tentu tidak ada kaitan dengan rencana Presiden Jokowi untuk memindahkan ibu kota negara ke ibu kota baru, tapi merupakan bagian dari agenda besar Kota Paris yang telah resmi ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas 2024.

Pemerintah Kota Paris menyebutnya sebagai "Reinventing Paris", yang merupakan sebuah panggilan untuk melaksanakan proyek urban terbesar yang pernah terjadi di tingkat kota.

Di bawah Wali Kota Anne Hidalgo, Kota Paris telah menetapkan standar yang berbeda lewat kebijakan-kebijakan inovatif, tidak hanya untuk mempersiapkan kota menuju perhelatan olimpiade, tapi sekaligus ingin mengatasi kesenjangan sosial dan mengintegrasikan komunitas-komunitas migran.

Sebagai implementasinya, Pemerintah Kota Paris akan menyediakan area yang sebelumnya merupakan situs-situs bangunan yang tidak lagi digunakan, lalu menjual atau menyewakannya bukan kepada penawar tertinggi, tetapi pada proposal proyek terbaik, proyek yang paling inovatif.

Total ada 34 area yang telah teridentifikasi untuk di-reinventing, di mana sebagian besar merupakan area bawah tanah.

Beberapa di antaranya adalah stasiun metro "hantu" yang tidak digunakan seperti Croix-Rouge, berbagai ruang bawah tanah bangunan bersejarah, terowongan yang telah dibebaskan dari lalu lalang kendaraan di dermaga Sungai Seine, waduk yang tidak digunakan, tempat parkir bawah tanah, dan bekas tempat pemotongan hewan.

Mekanisme yang dilakukan Pemerintah Kota Paris mirip dengan apa yang pemerintah kita lakukan beberapa waktu belakangan, yaitu dengan mengundang seluruh arsitek untuk ikut berpartisipasi dalam sayembara yang dilaksanakan pemerintah kota, yang tidak hanya yang berasal dari Paris, tapi juga dari seluruh dunia.

Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa Olimpiade Paris 2024 dapat diselenggarakan dengan cara yang berkelanjutan sehingga akan bermanfaat bagi warga Prancis sampai beberapa dekade mendatang.

Hasilnya, tidak lama lagi Kota Paris akan memperoleh julukan baru sebagai kota dengan lahan pertanian terbesar karena atap gedung-gedung di sana akan disulap menjadi area modern farming.

Selain itu, pengunjung juga akan sudah bisa menikmati sensasi makan malam di stasiun "hantu" yang sebelumnya sudah ditinggalkan, atau berenang sambil berjemur di pinggir Sungai Seine sambil menikmati pemandangan indah Menara Eiffel, dan lain-lainnya.


Dalam beberapa tahun ke depan, ruang-ruang yang ditinggalkan, tidak digunakan, atau ketinggalan zaman, akan diberikan kehidupan kedua menjadi sebuah destinasi baru, sebagai tempat kuliner, tematik hotel, museum, dan hotspot rekreasi.

Pada tulisan ini, aku akan membahas "Reinventing Paris" dengan fokus pada proyek revitalisasi yang dilaksanakan di kawasan Menara Eiffel dengan membandingkannya dengan proyek revitalisasi yang dilaksanakan pemerintah Kota Jakarta di Monumen Nasional (Monas) yang baru-baru ini membuat heboh.

Walaupun memiliki skala yang berbeda, aku menangkap adanya kemiripan konsep revitalisasi pada 2 landmark di dua kota yang berbeda ini.

Ada 2 kata kunci untuk menuangkan konsep dasar revitalisasinya, yaitu penghijauan dan aksesibilitas. Aku malah cenderung sepakat dengan pihak yang berpendapat bahwa revitalisasi Monas terinspirasi dari konsep revitalisasi Menara Eiffel. Berikut penjabarannya:

Pertama, Terkait Penghijauan
Revitalisasi Monas, terlepas dari bagaimana implementasinya saat ini, dilaksanakan berdasarkan konsep pengembangan kawasan yang berwawasan lingkungan, sehingga proyek revitalisasi ini nantinya akan berkontribusi pada penambahan ruang terbuka hijau (RTH) menjadi 64%.

Di sisi lain, revitalisasi Menara Eiffel juga mengusung konsep yang sama, yaitu menjadikan landmark Kota Paris ini sebagai "paru-paru" kota sebelum Olimpiade di tahun 2024.

Artinya, akan ada penambahan RTH baru dan penambahan taman-taman kota baru di sekitar Menara Eiffel, untuk mewujudkan Paris menjadi kota yang ramah keluarga untuk turis mancanegara dan turis lokal.

Sedikit perbedaan antara keduanya adalah pada skala revitalisasi. Proyek revitalisasi Menara Eiffel dilaksanakan secara terintegrasi, melibatkan area sekitar Eiffel hingga Taman Trocadro yang berada di seberang Sungai Seine. Kedua tempat ini dihubungkan oleh sebuah jembatan bernama Pont d'Ina.

Berdasarkan sketsa dari arsitek Gustafson Porter + Bowman yang memimpin proyek ini, bundaran Place de Trocadro juga akan ditransformasikan untuk menghadirkan lebih banyak ruang hijau dan tempat duduk bergaya amfiteater untuk pemandangan ke arah Menara Eiffel yang lebih optimal.

Sementara di musim semi, Taman Trocadro akan hidup dengan pohon-pohon ceri yang baru ditanam, yang akan dibatasi air mancur untuk perjalanan romantis ke arah Menara Eiffel melalui jembatan Pont d'Ina yang juga akan dihijaukan.

Salah satu proyek paling berani dan paling ambisius adalah membersihkan sungai Seine yang pada saat Olimpiade 2024 akan menjadi venue menyelenggarakan olahraga renang triathlon.

Jauh sebelum Olimpiade dimulai, jalur air sungai akan mengalami operasi pembersihan besar-besaran senilai miliaran euro untuk mengurangi tingkat E. coli, kotoran, dan polutan lainnya.

Pembersihan sungai ini juga dimaksudkan untuk memberi penduduk lokal spot untuk berenang yang sekaligus menjadi pantai perkotaan terbuka di pusat Kota Paris. Secara keseluruhan akan dibuat 23 situs renang di sepanjang Seine, lima di antaranya akan berada di Paris hingga tahun 2024.

Spot Renang di Sungai Seine. Sumber: news.theceomagazine.com
Spot Renang di Sungai Seine. Sumber: news.theceomagazine.com
Kedua, Terkait Aksesibilitas
Baik Menara Eiffel maupun Monas, keduanya mengadopsi sistem terbuka di mana kedua landmark tersebut bisa diakses oleh pengunjung secara lebih luas, lebih dekat, lebih nyaman, dan lebih intim, untuk mendapatkan pengalaman yang unik tentang latar belakang sejarah, budaya, dan sosial masyarakat tempatnya berada.

Monas tidak lagi eksklusif seperti pada era Gubernur Sutiyoso, di mana pagar yang mengelilinginya justru akan membatasi akses masyarakat yang berkunjung ke sana.

Setiap tahun, Monas dikunjungi oleh lebih dari 1 juta orang, sementara Menara Eiffel dikunjungi oleh 7 juta wisatawan yang menaiki menara, sementara 30 juta wisatawan mengunjungi area sekitar situs tersebut.

Untuk mengantisipasi ledakan pengunjung selama hajatan Olimpiade, Balai Kota Paris dan Otoritas Pengelola Menara Eiffel memutuskan untuk memberikan pengunjung pengalaman yang lebih baik karena tempat ini dirasa belum sempurna menampilkan wajah terbaik Eiffel dikondisi yang paling mungkin diwujudkan.

Proyek ini bertujuan untuk membuat akses yang lebih menyenangkan ke monumen Paris, menawarkan lebih banyak layanan (toilet, bangku, loker bagasi, area kuliner), meningkatkan jalur pejalan kaki dari angkutan umum, serta meningkatkan layanan informasi secara real time.

Kemudian jembatan Pont d'Ina yang menghubungkan Menara Eiffel dengan Taman Trocadro, yang selama ini merupakan jalan beton untuk mobil dan skuter, akan berubah menjadi jalur pejalan kaki yang disisipi pepohonan dan karpet.

Satu yang perlu digarisbawahi dari proyek ini adalah langkah-langkah pedestrianisasi, di mana trotoar-trotoar akan diperlebar.

Tidak ada referensi tentang berapa banyak pohon yang ditebang sebagai konsekuensi dari proyek "peningkatan fasilitas" ini. Namun, rasanya pertanyaan ini menjadi tidak penting lagi karena secara umum luasan RTH dan taman kota di kawasan sekitar Menara Eiffel justru akan bertambah.

Di sisi lain, revitalisasi Monas juga berusaha melakukan hal yang sama. Proyek revitalisasi dilaksanakan untuk memberikan kenyamanan bagi para pejalan kaki yang menggunakan transportasi massal untuk tiba di sana.

Monas tidak lagi ramah bagi pengunjung yang menggunakan transportasi pribadi karena area parkir IRTI akan dihilangkan dan berganti menjadi RTH.

Konsep yang dinamakan humble of truth ini dilengkapi dengan peningkatan fasilitas berupa desain plaza di beberapa sisi Monas agar pengunjung bisa menikmati sensasi lain dari Monas. Plaza yang dimaksud di sini tentu saja tidak sama dengan "shopping mall" sebagamana yang dibayangkan oleh masyarakat awam.

Sementara di sisi selatan yang sekarang sedang dibangun akan dijadikan sebagai gerbang masuk utama yang memungkinkan akses dan pemandangan terbaik ke arah Monas, begitu menurut versi pemerintah kota.

**

Perbedaan mendasar antara revitalisasi Menara Eiffel dan Monas terletak pada cara pengelolaan dan bagaimana masyarakat mendapatkan akses terhadap proyek revitalisasi tersebut.

Begitu mudahnya kita mendapatkan informasi tentang revitalisasi yang sedang dijalankan di kawasan Menara Eiffel, tentang bagaimana prosesnya, detail apa saja yang akan dikerjakan, siapa yang merancang, siapa yang melaksanakan, berapa dananya, dan seperti apa wujud visualnya nanti setelah proyek selesai.

Berbeda dengan apa yang dilakukan Pemerintah Kota Jakarta terkait dengan revitalisasi Monas, di mana informasi tentang konsep yang diusung hanya diperoleh berdasarkan deskripsi lisan, dan kita tidak tahu bagaimana implementasi konsep ini setelah revitalisasi selesai nanti.

Heran saja, karena tidak sulit membuat visualisasi proyek. Bahkan pengembang kelas kecamatan pun sudah terbiasa membuat visual 3 dimensi sekaligus menampilkan video animasinya sebagai atribut pemasaran produk-produk perumahan milik mereka.

Sumber: 1, 2, 3, 4, 5, 6

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun