Semua akan baik-baik saja, aman dan terkendali, tinggal tunggu momentumnya saja untuk bergairah kembali, begitulah seolah-olah kalimat yang disampaikan para analis dan pengamat properti dalam menyikapi lesunya sektor properti di Indonesia.
Nada positif ini sudah disampaikan sejak tahun 2016, bahwa properti akan segera bangkit, lengkap dengan argumen-argumen tentang insentif perekonomian yang akan diberikan pemerintah ke sektor properti, mengutip judul berita CNBC, "Why Indonesia doesn't have to worry about a property bubble."
Optimisme juga diungkapan Senior Associate at Colliers Indonesia, Ferry Salanto,yang dikutip dari artikel Erin Cook di indonesiaexpat.biz. Dia mengatakan bahwa di awal tahun permintaan properti melambat pada sektor apartemen setelah mengalami booming lima atau lebih tahun yang lalu, namun diperkirakan pada semester kedua 2017 angka penjualan akan rebound ke tingkat yang berkelanjutan.
Namun, James Riady - Chairman Lippo Group, di acara talkshow BTN Golden Property Awards baru-baru ini sepertinya mengungkapkan hal berbeda, sekaligus juga memberi semacam "warning" pada developer lainnya.
"Harapan saya adalah bagaimana semua pengembang memikirkan harga perumahan harus turun, tidak bisa lagi belasan juta (per meter persegi)," begitu kata James Riady, sebagaimana dikutip dari Kompas.com
Dia pun mencontohkan hunian di Meikarta yang harganya sekitar Rp 7 juta per meter persegi. Dengan nilai jual per unit mulai Rp 120 juta, seharusnya harga ini bisa dijangkau para pekerja khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Pernyataan ini mempertegas pernyataan James Riady sebelumnya bahwa harga pasar apartemen kelas menengah di wilayah cikarang dan sekitarnya saat ini mencapai Rp 18 juta per m2, sementara Meikarta rencananya hanya di jual di kisaran harga Rp 12.5 juta per m2, bahkan saat ini (fase launching) unit apartemen Meikarta sudah dilepas di harga Rp 7 juta per m2.
James Riady tanpa ragu dan blak-blakan membuka kebijakan harga Lippo Group, termasuk harga transaksi saat ini di proyek Meikarta. Hal lainnya yang tak kalah heboh adalah ajakan untuk menurunkan harga perumahan, satu hal yang sebenarnya tabu bagi developer.
Terus terang, kondisi ini membuat saya bertanya-tanya, apakah benar harga properti komersial di Indonesia sudah terlalu mahal? Apakah kondisi properti sedang berada di situasi "bubble"?
Entah mengapa, setiap mendengar wacana unit-unit properti turun harga, otomatis saya langsung terjangkiti penyakit bubble syndrom.
Sebelum membahas lebih jauh, saya ingin deskripsikan dulu definisi bubble sebagai berikut: