Saya menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Teknik Universitas Pattimura periode 2022/2023. Awalnya, kondisi ormawa di kampus saya tidak ada program kerja yang berjalan. Terlihat vakum, apalagi saat itu situasi masih terpengaruh pandemi COVID-19.
Dengan keresahan tersebut, saya memantapkan diri untuk maju sebagai ketua DPMF. Hampir satu tahun saya mempersiapkan diri dengan melakukan konsolidasi dengan berbagai elemen ormawa ekstra kampus.
Poin penting yang perlu diketahui untuk menguasai organisasi internal di kampus adalah mencari kekuatan di organisasi ekstra kampus. Ini mirip dengan sistem demokrasi, di mana ormawa eksternal ibarat partai pengusung.
Singkat cerita, setelah konsolidasi yang matang, saya terpilih dengan suara terbanyak dibandingkan dua calon lainnya. Kita perlu menyadari bahwa ego organisasi eksternal di kampus sangat tinggi. Oleh karena itu, saat pemilihan senat mahasiswa dan Badan Eksekutif Mahasiswa, ormawa sangat terlibat. Itulah mengapa saya telah berkonsolidasi jauh-jauh hari dengan berbagai ormawa eksternal.
Setelah menjabat, langkah pertama yang saya lakukan adalah memetakan masalah organisasi mahasiswa yang ada di kampus. Masalah paling nyata adalah perekrutan pengurus yang banyak direkomendasikan oleh organisasi ekstra kampus. Sayangnya, banyak dari mereka yang tidak menjalankan tanggung jawab dengan baik. Maka dari itu, saya melakukan open recruitment untuk memilih pengurus yang berkualitas tanpa memandang latar belakang suku, agama, budaya, atau organisasi eksternal yang mereka ikuti. Fokus utama adalah pada kualitas individu.
Hasilnya, pengurus yang saya pilih mampu bekerja dengan baik. Kegiatan organisasi selalu disesuaikan dengan kesibukan perkuliahan rekan-rekan pengurus, saling mendukung, terutama bagi yang sedang menyelesaikan tugas akhir. Meskipun sibuk, sebagian besar dari kami mampu lulus tepat waktu.
Tidak berhenti di situ, program-program kerja yang kami jalankan berfokus pada peningkatan kualitas mahasiswa. Kami berhasil menjuarai berbagai kompetisi mahasiswa dari program yang kami buat.
Saya juga menentang keras praktik senioritas. Kegiatan PKKMB/Ospek diisi dengan acara berkualitas, seperti pelatihan dan pengenalan kegiatan Kampus Merdeka oleh mahasiswa yang pernah berpartisipasi. Kami mengundang mahasiswa berprestasi untuk memotivasi mahasiswa baru agar dapat berprestasi, tanpa adanya budaya senioritas.
Senior dijadikan sebagai contoh, bukan sebagai alat penindasan terhadap mahasiswa baru. Dengan begitu, saya telah memutus mata rantai perploncoan yang tidak bermanfaat di kampus.
Bagi kalian yang masih enggan untuk mengikuti organisasi mahasiswa, sebaiknya buang jauh-jauh pikiran itu. Saatnya terlibat dan menjadi aktor utama dalam mengubah sistem agar menjadi lebih baik di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H