Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Ambon, Seram, Buru, dan sekitarnya, biasa menggunakan Bahasa Melayu Ambon sebagai bahasa sehari-hari.
Bagi kalian yang berasal dari luar wilayah, mungkin agak asing mendengar istilah-istilah dari Bahasa Melayu Ambon.
Namun, jujur saja pelafalan Bahasa Melayu Ambon sungguh keren dan tak kalah dari bahasa gaul anak-anak Jaksel yang sok ke Inggris-inggrisan.
Bahasa Melayu Ambon memang banyak sekali mendapat pengaruh dari Bahasa Belanda maupun Bahasa Portugis karena kedua negara ini termasuk negara yang sangat lama menjajah Maluku.
Banyak sekali serapan-serapan dari Bahasa Belanda maupun Portugis di dalam Bahasa Melayu Ambon.
Sebagai anak Maluku, beta sangat bangga menggunakan Bahasa Melayu Ambon.
Makanya, beberapa karya puisi yang beta buat ditulis dalam Melayu Ambon dengan tujuan untuk tetap melestarikan kosakata bahasa yang ada agar tidak terkikis oleh derasnya arus zaman.
Sebenarnya, dalam bersastra di Maluku, banyak sekali anak-anak muda yang menciptakan puisi dengan menggunakan Melayu Ambon, terutama puisi seputar cinta, perjuangan, dan kritik sosial. "Akang Lia Tabakar Batul,"Â begitu kata anak-anak Maluku.Â
Salah satu penyair terkenal dari Maluku yang sering menulis puisi dengan Melayu Ambon adalah Eko Saputra Poceratu. Penyair muda Maluku ini banyak menginspirasi anak-anak muda untuk melestarikan kekayaan dan kebudayaan lewat karya sastra.
Sebenarnya, beta telah lama sekali tertarik menulis puisi, sejak SMP kelas 1 saat itu diajarkan oleh salah satu guru Bahasa Indonesia.