 Namun, jauh di timur Indonesia, masyarakat Maluku masih hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Akses jalan susah, pendidikan yang memprihatinkan, serta kesulitan dalam mendapatkan akses kesehatan yang memaksa mereka menyebrang sungai, melewati lautan, dan membelah gunung, semua ini menjadi kenyataan sehari-hari masyarakat Maluku.
Sementara itu di ibu kota baru, pemerintah sibuk memamerkan kemegahan.
 Mirisnya, janji tentang lumbung ikan nasional dan Ambon Newport hingga kini belum terealisasi. Tidak ada investasi besar yang masuk, proyek nasional dari pemerintah minim, dan seolah negara ini tidak lagi memperhatikan Maluku.
Jika Maluku masih dianggap sebagai "anak tiri" ibu pertiwi, apakah perlu kita berdiri sendiri?
 Apakah Maluku benar-benar merasakan kemerdekaan yang dirayakan tiap 17 Agustus, jika rakyatnya masih hidup miskin di tanah dan laut yang kaya?
Kata soekarno bapak pendiri bangsa ini, "INDONESIA TANPA MALUKU BUKANLAH INDONESIA".
Namun sayang, Maluku tak pernah lagi dipandang di Republik ini.
Jatah menteri pun Maluku tak pernah kebagian lagi. Jujur saja memang Maluku tidak lagi di anggap apa-apa. Padahal 8 provinsi pertama saat kemerdekaan Indonesia ada Maluku disana.
Kekayaan laut Maluku hanya di keruk habis, kemudian diangkut entah kemana.
Masyarakatnya terus-terusan dimiskinkan. Apakah ini cara Negara memperlakukan Maluku?
Apakah memang disengaja Maluku miskin dan terbelakang?
Mari merefleksikan kemerdekaan Indonesia ke 79 Tahun.
Apa itu merdeka bagi kami orang Maluku?
Di Maluku Kami Tidak Merasakan Kemerdekaan.
