Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Puisi | Perencanaan Wilayah | Politik | Olahraga | Isu Terkini

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Matahari Mayukani, Film Pendek yang Angkat Banyak Isu di Aru

5 Agustus 2024   08:53 Diperbarui: 5 Agustus 2024   09:14 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Facebook Eko Saputra Poceratu

Apa sih sebenarnya yang mau di sampaikan dalam film ini? Adegan demi adegan dalam film seakan menyeret imajinasi saya jauh menuju Aru. Singkat cerita, dalam film menceritakan mengenai kondisi sosial di mana seorang anak yakni Ina yang ingin berjuang mengejar pendidikannya namun terhambat oleh pemikiran sang ayah yang sempit.

Bagi ayahnya, perempuan hanya mempunyai tugas sebatas memasak, mencuci dan berkebun. Dalam film seakan sedang memberikan pesan betapa pentingnya pendidikan agar kita tidak dibodohi oleh orang.

Sosok Ibu Ina (Wendy Patyanan) dan Ibu Guru Santi (Clara Sidharta) adalah dua perempuan yang gigih untuk terus memperjuangkan Ina agar dapat menggapai cita-citanya lewat pendidikan.

Film pendek ini memperlihatkan permasalahan kesetaraan gender, kekerasan rumah tangga, kemiskinan dan isu-isu budaya yang disampaikan baik secara langsung lewat adegan para pemain maupun lewat dialog-dialog yang disampaikan.

Saya sangat terpukau dengan akting dari Ina (Monalisa Kamsy) dan beberapa anak kecil dalam film tersebut yang begitu natural, sehingga pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam film kepada penonton biasa dengan mudah tersampaikan.

Bentar, ada yang kurang. Potret kondisi dari kualitas pendidikan di Aru yang begitu memprihatinkan ikut terangkat dalam film ini. 

Sekolah yang kekurangan guru mengakibatkan anak-anak banyak bermain dari pada belajar di sekolah. Kondisi ini kemudian membentuk pola pikir sang ayah dalam film tersebut untuk skeptic dengan masa depan anaknya. Sang ayah merasa tidak mampu bagi anaknya dapat bersaing dengan anak-anak di kota yang jauh lebih maju dalam hal pendidikan.

Sang ayah yang diperankan oleh Silvester Heatubun sukses menghipnotis penonton dengan aktingnya yang ciamik.

Permasalahan yang kompleks di dalam film ini sebenarnya persoalannya juga relate dengan daerah lainnya di Provinsi Maluku.

Setelah menonton film ini, saya baru tahu ternyata harga bensin di Aru sangatlah mahal di mana satu liter bensin dihargai 20 ribu rupiah. Belum lagi kondisi sinyal yang hilang-hilang sungguh sangat memprihatinkan.

Menurut saya, film ini sangat direkomendasi untuk ditonton oleh kalian karena sarat akan nilai-nilai dan kritik sosial di dalamnya yang membut kita tahu kondisi di Kabupaten Aru, Provinsi Maluku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun