Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Puisi | Perencanaan Wilayah | Politik | Olahraga | Isu Terkini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hey Guru Konten Kreator, Stop Eksploitasi Siswa!

2 Agustus 2024   19:56 Diperbarui: 2 Agustus 2024   20:02 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://fenzodigital.com/10-tips-on-how-to-choose-a-content-creator-for-your-brand/

Perkembangan media sosial saat ini telah membuat semua orang ingin viral, ingin terkenal, ingin menjadi konten kreator dan ingin mendapatkan penghasilan tambahan dari konten-konten yang dibuat di media sosial.

Itulah mengapa saat ini kita menemukan beragam konten-konten video yang bertebaran di media sosial, salah satunya datang dari dunia pendidikan. Banyak sekali guru konten kreator, yakni sebutan yang saya buat bagi tenaga pendidik di sekolah yang aktif membagikan berbagai kegiatannya di media sosial.

Sebenarnya saya agak jengkel dan kecewa dengan guru yang sibuk berbagi konten di media sosial. Kita perlu mengakui kalau semua orang memang punya hak untuk bermedia sosial dan menjadi konten kreator. Akan tetapi, ada batasan-batasan tertentu yang perlu diperhatikan apalagi bagi mereka yang notabene adalah seorang pendidik alias guru. Jangan sibuk bermain media sosial karena yang ada lupa mengajar siswa, sibuk main hp, sibuk rekam biar dilihat sedang mengajar padahal hanya pencitraan. Namanya juga media sosial penuh dengan kebohongan, yah itu mengapa disebut dunia tipu-tipu.

Saya telah menemukan banyak sekali video-video yang dibuat oleh berbagai guru konten kreator yang seakan-akan mengeksploitasi siswanya hanya untuk membuat sebuah konten.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh guru jika ingin menjadi konten kreator agar tetap terlihat lebih berwibawa dan beretika. Bukan sekedar membuat konten yang seakan-akan penuh dengan sensasional karena sejatinya guru adalah pendidik yang harus memberikan contoh yang baik untuk murid-muridnya maupun masyarakat.

Ada satu contoh misalnya, ketika saya melihat-lihat reels Facebook. Ada seorang guru yang membagikan konten menghukum lima orang siswa yang kedapatan merokok. Sambil direkam, kelima siswa tersebut disuruh menghisap rokok tersebut sambil dinasehati dengan nada marah. Kemudian, ada seseorang yang diduga merupakan seorang penjaga sekolah yang menjitak kepala seorang siswa.

Video tersebut kemudian dikomen oleh beberapa orang. Beberapa saat kemudian video tersebut dihapus dari halaman Facebook si guru tersebut.

Memang saya melihat guru tersebut sering membagikan konten-kontennya di sekolah, namun jika melihat apa yang ia publikasikan tersebut bagi saya sungguh miris. Justru video itu seakan-akan mempermalukan siswa-siswa tersebut di depan umum dan memberikan kesan negatif di media sosial yang berimbas pada sekolah si guru tersebut.

Bukan hanya itu, masih banyak sekali video-video yang berseliweran yang menurut pandangan saya sangat tidak beretika sebenarnya. Lantas video seperti apa saja yang perlu dihindari untuk dipublikasikan dan hal apa yang perlu ditampilkan oleh seorang guru konten kreator?

Pertama, kita semua sepakat terlebih dahulu bahwa di tengah perkembangan dunia teknologi seperti saat ini guru memang seharusnya beradaptasi dengan perkembangan zaman termasuk media sosial. Tetapi, harus ada tata karma yang perlu diperhatikan oleh seorang guru jika hendak menjadi seorang konten kreator agar tidak mencoreng citra sebagai seorang guru.

Sebelum memublikasikan videonya ke media sosial, guru konten kretaor harus meminta izin terlebih dahulu kepada para siswa yang wajahnya terekam di video tersebut. Ini berkaitan dengan privasi. Seorang siswa juga memiliki hak menjaga privasi mereka, bukan berarti guru seenaknya merekam maupun memotret begitu saja kemudian dibagikan secara publik.

Selain itu, hal-hal yang berkaitan dengan memberikan hukuman kepada siswa ketika mereka berbuat salah. Seharusnya itu jangan dibagikan ke media sosial, misalkan jika ada siswa yang berbuat salah silahkan dinasehati tapi jangan sampai merekam wajah mereka. Jika boleh, rekam wajah anda sendiri sebagai guru sambil menyampaikan nasehat-nasehat yang diberikan tanpa menyebutkan nama siswa bersangkutan. Tujuannya agar nasehat yang diberikan bermanfaat bagi orang yang menonton, tetapi tidak mempermalukan siswa tersebut.

Jika ingin membuat video joget-joget, alangkah baiknya direkam tidak dengan menggunakan pakaian dinas atau semestinya tidak perlu dibuat karena terkesan tidak berwibawa.

Seorang guru konten kreator harus memfokuskan konten yang dibuatnya, misalkan ingin buat konten untuk berbagi tips dan trik mengajar atau materi yang ingin disampaikan lewat video maka silakan fokus di situ. Jangan menjadi guru yang kerjanya joget-joget melulu.

Menurut saya, alangkah baiknya guru konten kreator membagikan konten seputar dunia pendidikan saja sesuai dengan bidangnya. Di luar itu, silahkan namun harus tetap menjaga etika, moral dan nilai-nilai bermedia sosial sebagai seorang pendidik yang benar-benar memberikan teladan yang baik.

Hal ini perlu diingat agar jangan sampai memanfaatkan siswa untuk membuat video yang akan terkesan mengeksploitasi siswa tersebut. Alangkah baiknya lagi jika ingin membuat video dengan siswa bukan hanya meminta izin kepada siswa terkait, tetapi ketika hendak dipublikasikan kirimkanlah video tersebut ke orang tua mereka terlebih dahulu dan meminta izin untuk dibagikan ke media sosial.

Guru harus fokus kepada konten-konten yang berkaitan dengan peningkatan prestasi. Jika memang ada siswa yang memiliki prestasi di bidang tertentu, silahkan divideokan. Misalkan dia memiliki suara yang merdu, maka ketika si guru merupakan guru kesenian mintalah siswa tersebut bernyanyi. Kemudian, publikasikanlah siapa tahu banyak penonton dan siswa tersebut bisa terkenal. Tentu dengan begini akan sangat membantu untuk masa depannya kelak.

Menjadi guru bukan hanya menjadi pengajar, tetapi pendidik harus memberikan contoh yang baik. Guru ya guru. Jangan sok artis! Jangan ingin terkenal. Kalau mau terkenal, mending jadi artis saja karena mereka yang menjadi guru adalah orang-orang yang mulia. Maka dari itu, berikanlah contoh yang baik.

Mau jadi konten kreator boleh boleh saja. Akan tetapi, sebagai seorang guru kita harus tetap menjaga wibawa, etika dan menjunjung moral yang ada. Buatlah konten yang mengedukasi orang lain agar mampu mempengaruhi algoritma media sosial menjadi tempat belajar bagi semua orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun