Desa dengan segala potensi di dalamnya sering kali tidak mampu mengelola sumber daya  alamnya dengan optimal. Hal ini dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang handal di desa untuk mampu mengelola potensi tersebut.
Sebenarnya, masyarakat desa juga memiliki sumber daya manusia yang handal. Akan tetapi, setelah selesai menempuh pendidikan tinggi, mereka kebanyakan akan keluar dari kampung halamannya pergi merantau untuk mencari kehidupan yang lebih layak di kota.
Akibat dari proses ini membuat kehidupan di desa  tersebut semakin tertinggal karena sumber daya manusianya lebih cenderung memajukan daerah lain ketimbang daerahnya sendiri. Sehingga, potensi yang ada di desa tersebut tidak dapat dikelola karena tidak ada yang mampu mengelolanya.
Kesenjangan sosial antara kehidupan di kota dan desa di Indonesia terus terpelihara karena pola ini tetap dipertahankan.
Generasi muda desa cenderung memilih hidup  serba ada di kota dari pada kembali ke desa untuk dapat menggerakkan ekonomi di desanya.
Kehidupan kota yang menawarkan segalanya dengan banyak lapangan kerja tersedia di sana tentu menjadi pemicu para sarjana muda untuk pergi merantau keluar dari desa.
Tidak sampai di situ, pola pikir masyarakat desa yang kadang mematikan karakter generasi muda untuk berkembang membuat mereka  memilih ke kota karena merasa lebih dihargai di sana.
Masyarakat desa sering kali skeptis dengan gerakan-gerakan dan inovasi yang ditawarkan oleh anak muda. Kaum tua di desa lebih dihargai dibandingkan pola pikir anak muda.
Anak muda selalu dipandang di desanya sendiri tidak punya pengalaman, makanya mereka yang tua lebih diprioritaskan dalam segala hal dalam pengambilan keputusan.