Mulai dari menanam sayur kangkung, budidaya labu siam,menanam pisang, hingga bertani semangka saya geluti. Setiap pulang sekolah saya mengambil parang dan cangkul untuk membersihkan kebun kemudian bertani.
Pendapatan dari bertani lumayan untuk menambah biaya sekolah saya dan disisakan sedikit. Karena sering bercocok tanam  saya kemudian berfikir kenapa saya tidak mencoba untuk menjadi petani saja, jika memang orang tua tidak mengizinkan saya kuliah kedokteran.
Dari situlah plan B, saya sebagai seorang sarjana pertanian terbentuk, di pikiran saya adalah saya harus menjadi ahli  di bidang pertanian yang bisa menciptakan tanaman-tanaman berkualitas. Maka dari itu saya kemudian tertarik untuk masuk IPB dan mengambil jurusan hortikulatur.
Di balik perjuangan saya ada satu sosok yang tetap menopang cita-cita saya, apapun itu yang terbaik selalu dia dukung. Namanya Om Edo, dia merupakan saudara ayah saya.
Dia sering memberikan motivasi dan penguatan kepada saya agar tetap kuat apapun rintangannya harus maju jangan mundur
"Kamu itu pintar, Om tidak meragukanmu lagi, Om akan bantu nanti kalau kamu kuliah,"Â itu yang di ucapkan Om Edo setiap kali dengan saya.
Masuk kelas 12 di mana tinggal menghitung bulan saya kemudian akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Orang tua mulai serius terkait kemana nanti saya harus kuliah.
Saya kemudian dengan yakin mengatakan ingin masuk kedokteran, kalu tidak ingin kuliah di IPB ambil Pertanian.
Sayangnya lagi-lagi orang tua menolak dengan alasan biaya dan jarak yang jauh. Hampir tiap hari saya dan orang tua saya berdebat soal kuliah saya nanti mau kemana.
Akibatnya hampir 1 semester saya berdiam diri dikamar dan tidak berbiciara dengan kedua orang tua akibat terlalu kecewa.Â
Di waktu-waktu terakhir untuk mendafatarkan kuliah kebetulan waktu itu, saya ikut SNMPTN atau jalur prestasi masuk perguruan tinggi negeri.