Setelah menggunakan ChatGPT kemudian saya berfikir apakah pekerjaan sebagai seorang penulis akan segerah tersingkiran dengan keberadaan teknologi ini?. Bukan hanya penulis programmer dan guru pun bisa tersingkirkan
Coba bayangkan orang tidak lagi susah-susah memikirkan kata demi kata untuk membuat satu artikel, tidak perlu baca dan riset sana-sini, cukup memasukan perintah maka artikel yang dimintakan kemudian akan muncul dan tersasi secara lengkap.
Karakteristik ChatGPT yang sangat mencolok terletak pada kemampuanya untuk menulis esai itu berarti mahasiswa atau pun siswa tidak harus cape-cape menulis lagi.  Bahkan skripsipun bakal  ditulis secara otimatis lewat teknologi ini.
Bayangkan saja ChatGPT bisa digunakan untuk menulis skripsi, anda cukup memasukan perintah dan dia akan mengerjakan dengan sangat akurat. Ini tentu menjadi suatu ancaman untuk dunia pendidikan.
Tulisan yang dihasilkan oleh ChatGPT bahkan tampak seperti tulisan manusia dan melibatkan interaksi dalam percakapan.Perkembangan teknologi tentu ada sisi positif dan negatifnya tinggal dari kita bagimana menyikapinya.
Bagi para pendidik (guru dan dosen) tentu aplikasi ini begitu meresahkan karena membuat peserta didik bakal tidak membaca lagi namun langsung bisa mengetik tugas yang diberikan secara otomatis. Untuk para peserta didik ini tentu sebagai suatu kemudaan akan tetapi kita tidak boleh terlena  dengan semua ini.
Jadi tidak dipungkiri lagi jika teknologi ini makin berkembang maka keberadaan guru akan tersingkirkan dengan sendirinya karena pengetahuan bisa didapatkan dimana saja dengan dukungan IT, akan tetapi guru harus memegang peranan penting bukan soal transfer ilmu saja tetapi terpenting adalah transfer akhlak karena teknologi tidak mampu memberikan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H