Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumni Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pattimura

Blogger di www.sudutplambon.com, banyak membahas seputar dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warganet Ngamuk, Cak Nun Keliru Jika Sebut Jokowi Firaun

22 Januari 2023   12:56 Diperbarui: 22 Januari 2023   13:14 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cianjur.jabarekspres.com

Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun menjadi trending di Twitter setelah video potongan ceramahnya yang menyebutkan Jokowi Firaun. Dalam ceramahnya, Cak Nun terang-terangan mengatakan Indonesia saat ini dikuasai Firaun. Di mana tokoh asal Mesir itu tertuju kepada Presiden Joko Widodo.

Bukan hanya Jokowi yang disindir dalam ceramah tersebut, malainkan Cak Nun juga menyebutkan bahwa Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan sebagai Haman.

"Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, oleh Qorun yang namanya Anthony Salim dan 10 naga. Terus, Haman yang namanya Luhut," ungkap Cak Nun.

Akibat pernyataannya tersebut, warganet dibuat geram lantaran sosok Presiden Jokowi yang dikenal baik hati dan tulus disamakan dengan Firaun yang berwatak jahat.

Melalui channel resmi YouTubenya, Cak Nun kemudian mengunggah video permintaan maaf (17/1/2023). Lewat video berdurasi 2 menit tersebut, Cak Nun mengakui telah disidang keluarganya akibat berucap yang tidak seharusnya diucapkan. Selain itu dia memposting video permintaan maafnya di akun Instagram pribadinya dengan memberi keterangan "Mbah Nun Kesambet"

"Saya baru disidang oleh keluarga, dihajar, pokoknya disalah-salahkan, digoblok-goblokin, disesat-sesatin. Kenapa digoblok-gobloki? Karena saya mengucapkan apa yang seharusnya tidak saya ucapkan," ujar Cak Nun.

Tak hanya itu, Cak Nun pun dituding tidak bijaksana dan meminta maaf kepada yang "terciprat".

Meski sudah meminta maaf, tampaknya warganet tak terima dan menilai permintaan tersebut tidak ikhlas dilakukan. Banyak yang menyebutkan saat meminta maaf rupanya Cak Nun terkesan tidak ikhlas dan tidak meminta maaf secara terbuka untuk Presiden Jokowi. Di kolom komentar instagramnya banjir komentar dari warganet.


"Sessulit itukah menyebut nama yg bersangkutan saat klarifikasi permintaan maaf?????  Tua itu pasti, tapi dewasa dan bijaksana itu pilihan" Tulis akun @delta1203

"Buang kebencianmu, susah banget sih minta maag dengen menyebut nama Jokowi, ingat usia kita terbatas jangan sampai kita dipangil yang kuasa hati kita masi ada kebencian. Bersihkan hatimu cak...." Ujar @beritamedsos

"Dari dulu mengkritik Pak Jokowi dan pemerintahannya sah-sah saja, tapi begitu menyamakan Pak Jokowi dengan Firaun langsung gak respect mbah. Umat Islam di Indonesia dimanapun masih bisa sholat, setiap hari ada adzan berkumandang, bahkan tiap tahun ada peringatan hari santri" lanjut @ariprnmo

Di lain pihak, anak Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang juga merupakan Walikota Solo angkat suara. Menurut Gibran, dia tak begitu tersinggung dengan ceramah Cak Nun yang mengatakan ayahnya seperti Firaun. Menurut ayah dari Jan Etes tersebut, mengatakan keluarga mereka pun tak tersinggung dengan ucapan Can Nun.


"Aku santai enggak tersinggung. Keluarga enggak tersinggung. Santai wae (saja)," kata Gibran.

Gibran juga mengungkapkan ia sudah mendengar permintaan maaf Cak Nun dan sudah memaafkannya secara pribadi.

Lalu apa kira-kira makna tersirat dari sebutan Firaun yang disampaikan Cak Nun terhadap Jokowi?

Sebelum dibahas lebih jauh, mari kita lihat terlebih dahulu mengenai sejarah dan siapa itu Firaun. Sosok Firaun banyak diceritakan dalam Al-Qur'an dan injil Alkitab. Selain itu, dikenal luas lantaran diadopsi ke dalam berbagai film layar lebar. Hal ini membuat sosoknya dikenal luas oleh masyarakat dunia.

Di benak kita tentu menggambarkan Firaun sebagai sosok yang merepresentasikan pemimpin kejam dan tak berperasaan.

Tapi benarkah firaun merupakan sosok kejam dan menjadi simbol pemimpin tak berperasaan?

Dilansir dari pinterpolitik.com disebutkan terdapat 170 Firaun yang diketahui. Jean-Pierre Isbouts dalam tulisannya We may now know which Egyptian pharaoh challenged Moses di National Geographic, menyebut Firaun yang disebut dalam cerita Nabi Musa adalah Ramses II.

Pertanyaannya, bagaimana jika Firaun yang lain tidak sejahat Ramses II?

Jika kemudian kita menggeneralisir semua Firaun itu sama jahatnya seperti kasus Ramses II, maka merupakan sebuah kesesatan bernalar. Simpulan atas itu pada dasarnya dapat dibenarkan.

Hal ini disebabkan lantaran masyarakat telah memahami Firaun sebagai simbol pemimpin kejam, tak berperasaan, sombong dan tidak patuh kepada Tuhan.

Hal ini kemudian membuat perubahan di mana Firaun yang sebenarnya bermakna netral yakni sebagai gelar negara sekaligus pemimpin agama di Mesir Kuno, malah menjadi bermakna negatif.

Ini kemudian sama halnya dengan kata babi, monyet atau anjing. Kata-kata ini sebenarnya bermakna netral. Akan tetapi, masyarakat kemudian mengidentikkan dengan berbagai sifat buruk di dalamnya. Itulah mengapa kata tersebut dijadikan istilah makian atau hinaan.

Jika melihat konteks apa yang disampaikan oleh Cak Nun terhadap Presiden Jokowi, jelas bisa diartikan kalau Cak Nun menganggap Jokowi merupakan pemimpin yang sama seperti Firaun.

Tapi apakah bisa dibenarkan apabila sosok Presiden Jokowi dilabeli kata Firaun yang menggambarkan pemimpin kejam dan tak berperasaan?

Jelas apa yang dikatakan Cak Nun jika mengatakan Jokowi sebagai sosok kejam dan tak berperasaan merupakan kecelakaan berfikir. Jadi tak heran jika para warganet mengamuk dan tidak menerima ungkapan tersebut.

Dalam memberikan kritik, seharusnya Cak Nun memberikannya dengan cara yang beradab. Pantaskah kemudian jika kita memberikan kritikan kepada pemerintah, khususnya kepada presiden dengan cara yang begitu kasar? Hal tersebut malah membuat poin yang ingin kita sampaikan tidak kesampaian, justru malah lebih ke penghinaan.

Kita perlu membedakan mana kritik, mana hujatan dan mana hinaan. Dalam memberikan kritik, seharusnya bersifat membangun dan positif. Beda halnya dengan hinaan dan hujatan di mana akan membuat orang lain tersakiti.

Jadi, apa yang disampaikan oleh Cak Nun bukanlah kritik tapi lebih kepada hujatan. Padahal kita tahu sendiri Jokowi bukanlah sosok seperti Firaun. Semua pemimpin memang punya sisi baik dan buruknya. Akan tetapi, sosok Jokowi yang dikenal merakyat dan peduli dengan rakyat kecil pantaskah dikatakan Firaun? Tentu tidak. Jokowi adalah pempimpin yang baik dan peduli terhadap rakyat, bukan seperti yang dikatakan oleh Cak Nun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun