Siapa sangka pengemis makin hari makin berkembang, seiring berkembangnya teknologi pengemis malah makin menjadi-jadi.Jika biasanya pengemis kita temui di jalan-jalan, pasar, atau pusat keramaian. Saat ini kita bisa menjumpai para pengemis online di media sosial.
Para oknum yang mengekspolitasi kemiskinan memanfaatkan media tiktok dengan cara siaran live demi mendapatkan rupiah dari fitur gift. Para pengemis tersebut bahkan melakukan berbagi cara demi dikasihani para netizen.
Salah satu akun tiktok yang kerab melakukan hal tersebut contohnya akun TM Mud Bath yang melancarkan aksi mengemisnya dengan cara memperlihatkan seorang ibu lanjut usia mengguyur tubuh dengan air dari kotoran. Di ketahui akun tersebut dikelola  oleh anak dari sang ibu tersebut.
Â
Buka hanya akun tersebut ada banyak sekali akun serupa yang melakukan aksi mengemis online. Bahkan ada yang rela berendam di lumpur berjam-jam hanya untuk mendapatkan saweran gif.
Komedian tretan muslim sempat menyindir fenomena tersebut dengan memposting salah satu video dari aksi tersebut kemudian mentag akun instagram @kemensosri
Tak tunggu lama pihak Kementerian Sosial pun langsung mengomentari postingan tersebut dengan menanyakan diamana lokasi tempat tinggak ibu tersebut
"Teman-teman adakah yang tahu alamat atau domisili ibu dalam video ini? Ungkap akun @kemensosri
Sebenarnya fenomena tersebut bukan hanya terjadi di Indonesia.
Kasus mengemis lewat TikTok juga terjadi di luar negeri, sempat mencuat pada Oktober 2022 lalu.
Hasil investigasi BBC News menemukan ada ratusan akun yang mengekspolitasi anak-anak dari kamp-kamp pengungsi Suria dengan meminta sumbangan lewat tayangan di akun media sosial.
Melihat fenomena pengemis online ini rupanya begitu miris, dampak negatif dari adanya konten seperti ini hanya akan menimbulkan banyak orang yang pemalas dan ingin mendapatkan belas kasihan dari pengguna media sosial.
Tindakan seperti ini boleh dikatakan kriminalitas, karena mengekspolitasi manusia secara tidak manusiawai dengan melakukan perbuatan yang berbahaya.
Bayangkan saja jika ibu-ibu lanjut usia yang direkam dan diguyur air hingga berjam-jam lamanya. Bukannya ini dinamakan penyiksaan dan ekspolitasi manusia?
Lalu apa sebabnya yang membuat hingga konten mengemis secara online kemudian menjadi tren di Indonesia?
Sebenarnya ini merupakan model pengemasan yang lebih moderen dari upaya ekspolitasi kemiskinan.
Dengan konten semacam ini pembuat konten sengaja menarik iba dari warganet agar menyumbangka uang lewat gif yang diberikan.
Â
Seharusnya kita sebagai warganet harus bijak dalam menyikapi persoalan ini. Jangan pernah menonton atau memberikan sumbangan kepada para kreator pengemis online karena tidak akan bisa mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
Malahan sumbangan yang diberikan bisa sja jatuh pada oknum yang hanya  memanfaatkan kesempatan dan uang yang diberikan tersebut untuk konsumsi.
Dengan tidak meberikan sumbangan kepada mereka maka kita turut mencegah munculnya kreator-kreator lain yang ingin melakukan hal yang sama.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Sosial harus segerah bertindak tegas untuk menangkap oknum-oknum di balik para pengemis online dan memberikan hukuman, dengan begitu akan memberikan efek jerah agar mereka tidak mengulanginya lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H