Di sini penulis tidak menyalahkan Fajar sad boy, tapi jika kita melihat Fajar sebenarnya dia memiliki bakat yang luar biasa di dunia entertainment. Selain itu, kata-katanya yang puitis ditambah dengan tingkahnya yang selalu membuat orang tertawa terbahak-bahak.
Fajar memiliki modal yang besar untuk terus berkembang di dunia entertainment, baik itu menjadi seorang seniman atau menjadi komedian. Namun, perlu untuk anak seusia Fajar untuk fokus belajar agar bisa terus mengembangkan talenta dan bakat yang dimiliki.
Dari fenomena ini, muncul hipotesa di mana para remaja seperti Fajar bermunculan akibat dari perkembangan dunia teknologi yang begitu pesat.Â
Selain itu, dunia pertelevisian yang sering menayangkan sinetron yang tidak mendidik, seperti menampilkan kisah cinta remaja di bawah umur.Â
Hal inilah yang membuat anak-anak remaja lainnya yang telah menonton film maupun sinetron tersebut kemudian mengikuti adegan apa yang dilakukan.
Apalagi ditambah dengan media sosial yang semakin berkembang saat ini. Segala sesuatu sudah bisa diakses dengan mudah oleh anak-anak. Sehingga semua hal seakan tidak bisa ditutupi lagi karena semua bisa diketahui mereka.
Pengaruh dari derasnya arus teknologi membuat perubahan pola pikir anak, ditambah lagi dengan tidak adanya fungsi kontrol orang tua terhadap anak membuat anak bebas melakukan apa saja tanpa dipandu dengan baik
Sebaiknya, orang tua tidak boleh membiarkan anak begitu saja. Orang tua harus selalu mengontrol apa saja yang dilakukan oleh anak agar tetap terawasi.Â
Selain itu, media kita terutama dunia pertelevisian haruslah lebih menayangkan sinetron-sinetron yang memiliki nilai edukasi yang tinggi bukan malah memunculkan adegan-adegan yang seharusnya belum layak dilihat oleh anak remaja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI