Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Puisi | Perencanaan Wilayah | Politik | Olahraga | Isu Terkini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Atribut Ospek Membawa Bencana

25 Juli 2022   09:17 Diperbarui: 25 Juli 2022   09:25 1500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://gorspen.wordpress.com/

Bagi kita yang sudah pernah menempuh bangku pendidikan dari dasar sampai perguruan tinggi, tentunya sudah tidak asing lagi dengan masa orientasi masuk lembaga pendidikan.

Sejak SMP dan SMA, kita mengenal namanya MOS atau masa orientasi siswa yang mana dilakukan untuk mengenal siswa baru pada lingkungan sekolah.

Menginjak bangku perguruan tinggi kita kemudian mengenal dengan yang namanya ospek. Sebenarnya sama saja namun ospek sudah ada pada skala yang lebih tinggi yaitu pengenalan lingkungan kampus dengan tujuan mengenalkan mahasiswa baru pada dunia perkuliahan.

Mahasiswa baru nantinya akan berkenalan dengan lingkungan kampus mulai dari istilah-istilah dasar pada sistem perguruan tinggi, mendapatkan pengenalan dengan lingkungan belajar, mendapatkan materi-materi dasar seperti bela negara dll, serta akan berkenalan dengan dosen, pegawai hingga para senior yang ada di lingkungan kampus.

Ospek menjadi kegiatan awal bagi mahasiswa dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Ospek menjadi pintu utama mahasiswa sebelum melangkah lebih jauh dengan dunia perkuliahan.

Saat ini, ospek memiliki istilah lain yang biasa kita kenal dengan PKKMB yaitu pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru. Istilah ini sama halnya dengan ospek yang merujuk kepada pengenalan dunia kampus.

Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mempermudah proses adaptasi mahasiswa baru dengan lingkungan perguruan tinggi.

Kegiatan ospek biasanya dilakukan dalam beberapa hari, yang mana nantinya panitia ospek dan juga para senior akan membantu mengurus proses berjalannya kegiatan ini.

Mereka nanti akan dikontrol oleh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan. Pada beberapa hari dalam kegiatan ospek nantinya akan ada banyak sekali kegiatan yang dilakukan. Berbagai materi-materi pengenalan lingkungan kampus nantinya akan diberikan oleh para dosen maupun senior.

Namun sayangnya, kegiatan ospek yang harus memberikan manfaat lebih banyak kepada para mahasiswa baru justru menjadi ajang gaya-gayaan senior dengan melakukan berbagai kegiatan yang sebenarnya tidak berfaedah.

Senior akan menggunakan momen ospek sebagai ajang balas dendam, mengincar maba yang kelihatan ganteng, cantik dan menonjol. Hingga tidak jarang beberapa ospek yang dilakukan di perguruan tinggi mendapat kecaman keras karena proses penggemblengan dianggap terlalu berlebihan dan melakukan tindakan-tindakan yang tidak seharusnya dilakukan.

Jika kita membahas proses penggemblengan pada saat ospek, mungkin banyak orang yang sudah mengetahui dan sudah banyak teguruan-teguran yang dilayangkan mengenai proses penggemblengan ini. Pada tulisan ini akan membahas mengenai sisi gelap ospek yang sebenarnya sangat merugikan dalam aspek ekologis.

Wah? Kok bisa?

Jadi, begini penjelasannya. Setiap kali masa pengenalan di dunia pendidikan bukan hanya ospek tapi juga MOS dilakukan, senior akan memberitahu kita bahwa nantinya harus menggunakan atribut seperti yang sudah disiapkan, mulai dari topi yang dibuat dari bola, rambut dikepang, menggunakan tas dari karung, kaos kaki warna warni, tanda pengenal dan lain sebagainya tergantung dari mau-maunya kakak senior. Ada yang suruh bawa lipstik, bedak, ember dan sapu. Pokoknya banyak sekali.

Bagi saya, hal ini sangat merugikan karena tidak ada manfaat dan faedah sama sekali bagi mahasiswa tersebut. Atribut itu hanya sekedar sebagai bahan lelucon dan sebagai media agar digunakan untuk menghukum para mahasiswa baru tersebut.

Jika dilihat dari sisi biaya, seperti membeli peralatan tentunya membuat para mahasiswa harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dan peralatan tersebut digunakan hanya satu atau dua hari saja.

Biasanya, jika maba yang tidak membawa perlengkapan sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh panitia maka mereka akan digembleng habis-habisan. Pokoknya aneh-aneh saja perintah senior. Suka-suka mereka dalam memerintah para junior agar harus mengikuti maunya mereka.

Misalnya untuk perempuan, rambutnya harus dikepang sesuai dengan tanggal lahir. Ada yang disuruh membawa kacang hijau 200 butir, disuruh pakai tali rafia berwarna merah, dan lain sebagainya.

Apakah cara-cara seperti ini memberikan dampak kepada mahasiswa baru? Bagi saya ini adalah suatu pembodohan dan budaya yang harus dihentikan. Kebanyakan perlengkapan yang digunakan berasal dari plastik hal ini hanya akan menimbulkan sampah plastik yang begitu banyak setelah proses ospek itu selesai. Atribut yang digunakan hanya beberapa hari namun dampaknya terhadap lingkungan begitu besar.

Barang kali ada yang menyimpan atribut ospek mereka di kamar sebagai bahan kenang-kenangan namun dari segi biaya apa yang sudah dikeluarkan begitu banyak dan sangat mubazir membeli barang yang tidak bisa dimanfaatkan dengan baik. Ada juga tren dari kampus-kampus yang ingin membuat formasi mozaik, yang mana ribuan mahasiswa akan dikerahkan oleh para senior mereka untuk membuat formasi berupa berbagai gambar yang nantinya hasilnya akan direkam dari udara.

Sebenarnya dari sisi estetik, ini menarik namun sayangnya pembuatan formasi mozaik ini membutuhkan banyak sekali bahan yang terbuat dari plastik dan juga kertas.

Coba kalian bayangkan ribuan ton plastik akan dihasilkan dari proses ini. Bayangkan saja ada sekitar 5000-an mahasiswa baru pada satu universitas yang membuat formasi mozaik dengan menggunakan bahan plastik atau kertas maka sudah berapa banyak plastik dan kertas yang digunakan. Ini hanya akan menimbulkan banyak sekali sampah.

Padahal seharusnya, dunia pendidikan harus gencar-gencarnya mengkampanyekan penggunaan bahan plastik bukan malah menghasilkan sampah plastik dari hasil kegiatan yang tidak berfaedah.

Momentum ospek harus digunakan dalam mengkampanyekan isu-isu terkini seperti sampah. Misalnya, melarang mahasiswa membawa minuman mineral dan hanya diperbolehkan membawa botol air isi ulang/ tumbler. Bersama-sama melakukan kampanye lingkungan di media sosial. Melakukan kegiatan donasi buku kepada anak-anak di daerah terpencil. Hal ini malah akan lebih bermanfaat untuk orang lain.

Semoga ke depan, panitia ospek lebih peka terhadap isu-isu terkini dan membuat kegiatan ospek yang lebih bermanfaat bukan sebagai ajang gaya-gayaan dan penindasan terhadap maba semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun