Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Puisi | Perencanaan Wilayah | Politik | Olahraga | Isu Terkini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pentingnya Belajar Menjadi Pemimpin Sejak Dini Lewat Organisasi di Dunia Pendidikan

16 Juli 2022   05:09 Diperbarui: 17 Juli 2022   09:37 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pramuka Siaga| Dok wikipedia.org/commons/Pnyopoenya via Kompas.com

Di periode kedua saya, perubahan di sekolah saya terlihat jelas. Makin banyak kegiatan kesiswaan yang kami lakukan. Di satu sisi, saya sering dicibir dan dihina oleh teman-teman saya. Namanya juga pemimpin pasti ada yang pro dan kontra dengan kebijakan yang kita buat. 

Pernah satu waktu saya menghukum sahabat karib saya, namanya Steven. Sedikit cerita, saya dan Steven sudah berteman dari SD. Kami begitu karib, namun suatu ketika dia melanggar tata tertib. Rambutnya gondrong dan harus digunting karena peraturan di kelas seperti demikian. Oleh karena itu, saya sendiri yang menggunting rambutnya dan memarahinya di depan umum. 

Saya akui jika sebaliknya dia yang membuat demikian kepada saya pasti saya akan marah. Namun, teman saya tidak memarahi saya malahan dia tetap profesional dan mengatakan bahwa dia juga salah sebagai pengurus OSIS dia harus memberikan contoh yang baik. Akan tetapi, teman-teman saya yang lain malah menghujat saya. Menurut mereka, saya tidak punya jiwa kasihan karena itu teman saya sendiri malah dihukum. Saya benar-benar terjebak dalam hal ini.

Lanjut cerita, program saya di periode ini satu langkah lebih maju. Kami sebagai pengurus OSIS tidak ingin terlalu membebani pihak sekolah dalam memberikan dana kepada kami, makanya kami melakukan kegiatan bisnis dengan menjual es dan makanan kecil di sekolah. 

Pendapatan kami sangat banyak dan digunakan untuk menunjang kegiatan-kegiatan OSIS di sekolah. Pokoknya aktivitas bakat dan minat siswa begitu aktif. Siswa-siswi begitu senang karena bakat-bakat terpendam mereka bisa tersalurkan dengan baik.

Kami dengan sukarela membuat bak sampah di sekolah, (Sumber: Dokumen Pribadi)
Kami dengan sukarela membuat bak sampah di sekolah, (Sumber: Dokumen Pribadi)
Masuk SMA, saya kemudian bertarung dalam pemilihan OSIS. Akan tetapi, banyak sekali yang tidak menyukai saya. Menurut mereka, jika saya naik peraturan akan semakin ketat. 

Dua kali saya mencalonkan diri namun gagal. Walaupun saya merasa kecewa, akan tetapi Bapak Ibu Guru dan pegawai semuanya mendukung saya. Mereka sering menasehati saya untuk tetap berkarya. 

Jangan menyerah walau tidak bisa menjadi ketua OSIS. Dari motivasi mereka, saya kemudian berhasil mendirikan gugus depan pramuka di sekolah kami yang vakum. Saya dan teman-teman membangun bak sampah, membuat majalah dinding dan membentuk kelas-kelas seni.

OSIS di sekolah kami vakum karena dipimpin oleh orang-orang yang hanya memiliki banyak masa namun tidak ada kualitas. Walau saya berada di luar kepengurusan, namun saya tetap mempunyai keinginan untuk memajukan sekolah saya tersebut dengan cara saya sendiri.

Setelah lulus SMA, saya kemudian melanjutkan studi ke perguruan tinggi tepatnya di Program studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pattimura. 

Dari awal kuliah saya tidak punya semangat sama sekali, lantaran harus mengikuti keinginan orang tua. Namun, mau bagaimana semuanya saya jalani saja. Semester-semester pertama berkuliah di sini banyak sekali tantangan. Saya merasa diri saya tidak bisa apa-apa dibandingkan dengan rekan-rekan saya lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun