Kemudian mirisnya lagi, hasil kerja keras mereka lewat skripsi tersebut seperti tidak dihargai. Setelah mahasiswa wisuda, skripsi hanya jadi tumpukan di perpustakan atau berakhir di tempat sampah. Tapi jika lewat program merdeka belajar yang kegiatannya bisa dikonversi menjadi skripsi misalnya kegiatan magang di perusahaan, ikut program kreativitas mahasiswa atau mahasiswa yang bisa menghasilkan suatu karya kemudian menjuarai kompetisi level nasional dan internasional kemudian pihak kampus mewisudakan mahasiswa tersebut bebas dari skripsi maka itu akan jauh lebih bermanfaat.
Karena pada program merdeka belajar tersebut mempunyai sejuta manfaat bukan saja berdampak bagi mahasiswa tersebut, tetapi apa yang dihasilkan berdampak bagi kampus hingga masyarakat dengan karya yang dibuat oleh mahasiswa tersebut.
Prestasi dan karya mahasiswa seharusnya lebih dihargai oleh pihak kampus, Â bukan hanya itu kegiatan pengabdian masyarakat yang berdampak bagi masyarakat luas juga perlu diapresiasi oleh pihak kampus dengan memberikan konvers beberapa SKS atau memberikan apresiasi wisuda bebas skripsi.
Tidak ada masalah sebenarnya bagi mereka mahasiswa yang berjasa dengan melahirkan karya dan kebermanfaatan bagi banyak orang. Itulah mengapa Bapak Nadiem Makarim mengusung konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka , karena di zaman sekarang kuliah di kelas sudah tidak lagi penting.
Belajar dengan teori-teori yang ada itu tidak akan berpengaruh meningkatkan kualitas anak bangsa. Makanya beliau menuntut mahasiswa untuk bisa mengembangkan keilmuan mereka supaya bisa berdampak bagi khayalak ramai.
Selama ini mahasiswa yang aktif pada kegiatan kemanusiaan dan berprestasi pada kompetisi-kompetisi nasional maupun internasional sering terhalang oleh dosen-dosen yang tidak mengerti betul soal pentingnya merdeka belajar. Mahasiswa masih terikat dengan belajar di ruang kelas.
Saya sendiri merupakan mahasiswa yang sering mengikuti berbagai kegiatan merasakan hal demikian. Saya harus pintar-pintar membagi waktu antara kuliah dan mengikuti lomba maupun kegiatan pengabdian. Adakalanya saya terpaksa mengorbankan satu dua hari tidak masuk kuliah untuk mengikuti lomba tersebut demi membawa nama baik kampus dan tentunya mengembangkan potensi diri.
Tidak jarang kita sering menemukan mahasiswa yang sering berprestasi mengikuti banyak kegiatan dan lomba-lomba mengharumkan nama kampus malah lulusnya terlambat akibat kebijakan kampus yang tidak begitu fleksibel.
Salah satu program Dirjen Dikti misalnya Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2022, PKM sendiri merupakan kegiatan rutin yang diselengarakan oleh Dikti sebagai upaya memandu mahasiswa menjadi pribadi yang tahu dan taat aturan, kreatif dan inovatif, serta objektif kooperatif dalam membangun keragaman intelektual.
Pada program ini, mahasiswa yang mengikuti kegiatan tersebut bisa mendapat konversi mata kuliah yang sesuai dengan bidang PKM bahkan mahasiswa bisa mendapatkan SKS misalnya mata kuliah Metodologi Penelitian, Kewirausahaan, Kuliah Kerja Nyata, Kerja Praktik, Kerja Lapangan, Praktik Lapangan dan Tugas Akhir/ skripsi. Kegiatan sejenisnya semacam ini sangat bermanfaat maka dari itu pihak univeristas perlu memperhatikan agar mahasiswa yang mengikuti kegiatan tersebut diberikan jaminan SKS.
Sebagai pengalaman, saya pernah mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa pada tahun 2021 dan lolos sampai ke tahap pendanaan. Saya dan tim saya melakukan kegiatan pengabdian kepada anak-anak tuna netra dan tuna grahita. Di sela-sela kesibukan, saya pun kuliah harus mencuri waktu agar bisa mengikuti kegiatan tersebut padahal kegiatan tersebut sangat penting bagi mahasiswa agar bisa lebih peduli terhadap masyarakat.